DBasia.news – Duel PSG (Paris Saint-Germain) melawan Real Madrid di 16 besar Liga Champions sangat dinanti. PSG klub besar berisikan bintang dengan ambisi juara, sementara Madrid Raja Eropa dengan raihan 13 titel.
Pengalaman dua pelatih pun sudah berbicara banyak. Ancelotti sudah meraih banyak sukses bersama AC Milan, Chelsea, Bayern Munchen, dan periode satu dengan Madrid. Koleganya, Mauricio Pochettino sebelum di PSG tak punya CV bagus meraih trofi.
Pelatih asal Argentina itu terkenal karena mampu menyajikan permainan enerjik dan ofensif di Tottenham, mengembangkan Tottenham dan Southampton, tapi tak memenangi trofi.
Akan tapi di pertandingan satu leg pertama 16 besar kontra Madrid di Parc des Princes, Pochettino menerapkan taktik jenius yang membuat Madrid mati kutu di Paris. PSG menang 1-0 dari gol telat Kylian Mbappe.
Gol penyerang asal Prancis memang tercipta dari aksi individu saat ia melewati dua pemain Madrid dan mencetak gol. Tapi secara garis besar PSG mengontrol pertandingan dan membuat para pemain Madrid ‘menonton’ para pemain PSG memainkan bola.
Madrid benar-benar mati kutu dengan statistik akhir jumlah tendangan PSG 21 dan Madrid tiga, sepakan tepat sasaran PSG delapan dan Madrid nol, penguasaan bola 57 persen PSG atas 43 persen Madrid, dan tujuh sepak pojok PSG berbanding satu.
Artinya, PSG benar-benar menekan dan melakukan pressing kepada Madrid yang tidak bisa keluar dari tekanan. Ancelotti mengakui betul timnya tidak bermain agresif dan tidak bisa keluar dari tekanan.
“Kami tampil cukup baik di pertahanan tetapi kami tidak cukup agresif,” ucap Ancelotti dikutip dari Marca.
“Kami kurang dalam permainan kami dengan bola, kami salah menempatkan banyak umpan, dan kami harus membayar banyak untuk menerobos tekanan mereka.”
“(Marco) Asensio, Vini(cius Junior) dan (Karim) Benzema juga tidak mendapatkan banyak bola. Dengan bola, kami tidak melakukan apa yang ingin kami lakukan.”
Pocchetino satu, nol Ancelotti di leg pertama ini. Pochettino memenangi adu taktik dengan taktik 4-3-3 yang berubah 3-4-3 kala menguasai bola. Danilo Pereira, gelandang bertahan turun menjadi satu dari tiga bek untuk menghentikan Vinicius selama transisi bermain.
Sedangkan dua full-backs, Achraf Hakimi dan Nuno Mendes menjelma jadi bek sayap yang selalu maju dan menekan sisi sayap permainan Madrid yang turun dengan formasi 4-5-1.
Transisi bermain PSG membuat Angel Di Maria dan Mbappe bergerak masuk kala melakukan penetrasi, atau menyerang di sisi sayap. Bek kanan Dani Carvajal berulangkali dibuat susah Mbappe dan butuh bantuan Eder Militao untuk menghentikannya.
Carvajal bahkan sampai melanggar Mbappe dan membuat penalti di menit 62 (meski Lionel Messi gagal mencetak gol penalti). Messi dan Marco Verratti diberi tugas merusak permainan Madrid di lini tengah.
Messi menjadi false 9 dengan gerakannya mundur ke lini tengah menjemput bola dan coba melakukan penetrasi, atau menjadi pengatur serangan dalam memberikan bola kepada Mbappe. Verratti juga tampil brilian.
Gelandang asal Italia dipuji Neymar bak dua legenda Barca, Andres Iniesta dan Xavi, dalam mengontrol permainan. Verratti menciptakan enam peluang dengan operan terobosannya, 92 persen akurasi operan bola, tiga tekel sukses dan juga tiga dribel sukses.
Toni Kroos, Casemiro, dan Luka Modric yang menjadi trio lini tengah terbaik Madrid dibuat kesulitan keluar dari tekanan. Kroos dan Modric selalu dapat pressing lawan agar mereka tak leluasa mengembangkan permainan.
Adu taktik bak bermain catur itu dimenangkan oleh Pochettino. Madrid tak berkutik dan sama sekali tak menguji kiper PSG, Gianluigi Donnarumma. Namun Pochettino sadar perjalanan belum usai untuk PSG, Madrid bisa bangkit kala bermain di Santiago Bernabeu.
“Kami para pelatih pada dasarnya optimistis. Tapi kami harus menghormati Madrid dan itu akan menjadi pertandingan yang sulit (di leg dua),” ucap Pochettino.
“Tapi saya optimistis kami tidak akan menurunkan level kami. Ini harus menjadi titik awal. Kami berharap dapat menghasilkan pertunjukan seperti ini dan Anda harus menemukan jenis motivasi batin yang memungkinkan Anda untuk mencapai ketinggian ini lebih sering.”