DBAsia News

Cerita Manajer Man United di Bawah Tekanan

Jose Mourinho

DBasia.news – Jose Mourinho mengaku jarang membaca pemberitaan mengenai dirinya. Namun sudah dipastikan dia mengetahui bahwa dirinya saat ini sedang ada di bawah tekanan.

Jelang musim ini dimulai, Mourinho masih mendapatkan dukungan dari petinggi klub. Namun kekalahan 2-3 dari Brighton pekan kemarin membuat posisi manajer asal Portugal itu menjadi rawan.

Banyak hal yang membuat Mourinho disoroti oleh klub. Mulai dari permainan yang tidak atraktif, pertikaian dengan pemain senior, serta keluhan Mourinho mengenai hasil bursa transfer. Tidak heran beredar rumor tentang nasib Mourinho meski Premier League baru bergulir tiga pekan.

Mourinho sendiri bukanlah arsitek pertama yang mengalami tekanan di Man United. Hal serupa tentu saja dialami manajer-manajer United sebelumnya, tidak terkecuali Sir Alex Ferguson.

Yang menarik adalah bagaimana para pendahulu Mourinho tersebut merespons tekanan. Dan tentunya bagaimana nasib mereka.

Sir Alex Ferguson (1989-90)

Musim 1989-90 bisa dikatakan merupakan masa tersulit dalam karier Alex Ferguson. Bahkan banyak yang mengatakan Sir Alex nyaris dipecat pada periode ini.

Bagaimana tidak, kala itu Setan Merah mencatat 11 laga tanpa kemenangan. Keresahan suporter sudah mencapai titik tertinggi sejak Ferguson datang pada 1986. “Tiga tahun penuh alasan” demikian spanduk yang dipajang di dalam Old Trafford kala itu. Ferguson sendiri mengatakan, Desember 1989 merupakan masa terkelam dirinya bersama United.

 

 

Pada Januari 1990, United menghadapi Nottingham Forest di ajang Piala FA. Banyak yang menilai, Ferguson akan didepak jika kalah dalam laga ini. Beruntung, gol kemenangan yang dicetak Mark Robbins menyelematkan karier Ferguson.

Meski hanya finis di urutan ke-13 di liga, Ferguson dipertahankan sebagai pelatih setelah Man Utd sukses menjuarai Piala FA usai mengalahkan Crystal Palace di final.

Sir Alex Ferguson (2005-06)

Gagal bersaing dengan Chelsea yang menjadi juara Premier League musim sebelumnya, muncul keraguan besar tentang kemampuan Manchester United jelang musim baru.

Sentimen anti-Glazer semakin kuat di kalangan suporter. Pergerakan klub di bursa transfer juga dinilai mengecewakan. Saat musim dimulai, setelah hanya imbang dengan Manchester City, Villarreal, dan Liverpool, Setan Merah kemudian ditekuk Blackburn Rovers di Old Trafford.

Selanjutnya pasukan Ferguson dibantai Middlesbrough 1-4 dan kalah 0-1 di tangan Lille. Posisi Ferguson pun mulai goyah saat kompetisi belum sampai setengah jalan.

Sekali lagi, Alex Ferguson mampu keluar dari tekanan. Man United membuka kembali kesempatan menjadi juara domestik meskipun tersingkir di Liga Champions. Dari November, Fergie membawa United hanya menelan tiga kekalahan. Meski Chelsea akhirnya menjadi juara, United membuktikan mereka masih bisa bersaing. United sendiri berhasil menjadi juara Piala Liga di musim ini.

Sir Alex Ferguson (2007-08)

Dibandingkan masa sulit sebelumnya, musim 2007-08 terbilang tdak terlalu kelam bagi Alex Ferguson. Namun tetap saja menjadi salah satu periode berat bagi sang manajer.
Meski datang sebagai juara bertahan, United menutup musim lalu dengan hanya meraih satu kemenangan dan satu gol dalam lima laga terakhir, termasuk kalah di final Piala FA dari Chelsea.

 

 

Di musim baru, hasil minor tersebut berlanjut. United hanya meraih satu poin saat menghadap Reading dan Portsmouth, serta kalah dalam derby kontra Manchester City. Suara kecemasan makin terdengar.

Namun Ferguson kembali berhasil membangkitkan timnya. United memetik 15 kemenangan dalam 24 laga jelang pergantian tahun. Alhasil, United berhasil mempertahankan juara Premier League dan menjuarai Liga Champions usai mengalahkan Chelsea di final.

David Moyes (2013-14)

Setelah Sir Alex Ferguson pensiun, Man United menunjuk David Moyes sebagai pengganti. Meski mengawali dengan gemilang usai memenangi Community Shield, Moyes harus menghadapi tekanan hebat.

Empat kekalahan beruntun di Premier League pada Januari, dua di antaranya di kandang membuat posisi Moyes goyah. Situasi memanas di bulan Maret saat United hanya mampu meraih dua kemenangan. Kemudian dalam rentang sebulan United menelan kekalahan telak di kandang dari Liverpool dan City. Moyes di pinggir jurang.

 

 

Moyes tidak melakukan apa-apa, setelah disingkirkan Bayern Munchen di ajang Liga Champions kemudian takluk di tangan Everton yang membuat United keluar dari empat besar Premier League memastikan nasib sang manajer. Moyes akhirnya didepak.

Louis van Gaal (2015-16)

Pada musim keduanya, Louis van Gaal bisa dikatakan merupakan manajer paling tidak populer di Manchester United. Tampil tidak konsisten di awal musim membuat United kesulitan saat Premier League memasuki Desember. Pada periode tersebut United mencatat delapan laga tanpa menang di semua kompetisi.

Kekalahan 0-2 dari Stoke City saat sang kapten Wayne Rooney “diistirahatkan” menjadi titik nadir. United tampil sangat buruk pada laga itu. Van Gaal menuding para pemainnya kehilangan nyali usai pertandingan.

 

 

United sempat bangkit dengan hanya mengalami satu kekalahan dalam sembilan laga. Tekanan kepada Van Gaal sedikit berkurang. Setan Merah finis di peringkat kelima dan menjuarai Piala FA. Namun dengan kepastian Pep Guardiola bergabung dengan City, beredar kabar tentang kemungkinan masuknya Jose Mourinho menggantikan Van Gaal.

Dua hari setelah membawa United menjuarai Piala FA Van Gaal resmi dipecat dan posisinya digantikan oleh Mourinho. Keputusan yang tidak mengejutkan meski terbilang aneh jika melihat pencapaian Van Gaal secara keseluruhan.

Bersama United, Van Gaal memiliki persentase kemenangan 51,3 persen. Hanya Alex Ferguson (60,4) dan Ernest Mangali (54,2) yang lebih tinggi daripada Van Gaal.

Topik:
Jose Mourinho

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?