DBasia.news – Sejak kedatangan Gian Piero Gasperini ke Bergamo, jarang sekali Atalanta BC larut dalam kekecewaan. Sang pelatih selalu mampu menemukan cara membangkitkan semangat pemain, bahkan setelah hasil terburuk sekalipun. Sandungan tidak dilihat sebagai kemunduran, tapi momen bagi tim untuk belajar dan tampil lebih baik.
Contoh paling tepat terjadi dua tahun lalu, 12 Maret 2017, ketika Atalanta dipermalukan 1-7 di markas FC Internazionale. Tapi, apakah itu membuat mereka terpuruk? Sama sekali tidak. Malah, La Dea terus bertarung sampai akhirnya menembus rekor poin Seri A (72), finis di peringkat keempat klasemen untuk lolos ke fase grup Liga Europa.
Inilah yang coba dilakukan kembali oleh Gasperini pasca menelan kekalahan telak 0-4 oleh GNK Dinamo Zagreb dalam debut Liga Champions. Terasa menyakitkan memang, terutama dengan antusiasme tinggi tifosi menyambut momen bersejarah. Namun, ini bukanlah akhir. Atalanta baru memulai musim, masih banyak tantangan lain menanti di masa depan.
Salah satu cara yang bisa dicoba Gasperini adalah menyegarkan pasukan. Dari segi komposisi, misalnya, banyak pemain pilar yang meredup saat tumbang di Zagreb. Selain kapten Alejandro Gomez, tak nampak kontribusi dari para wajah reguler. Inilah saat yang tepat bagi pelatih melakukan sedikit eksperimen di susunan starter.
Dimulai dari dinamo lapangan tengah. Pasangan Remo Freuler dan Marten De Roon bisa digantikan oleh Mario Pasalic dan Ruslan Malinovskyi. Sama-sama menawarkan energi dan keseimbangan, tapi dengan karakter teknik berbeda. Pasalic bukan hanya gelandang sentral yang bertugas menjembatani pertahanan dan serangan, tapi juga mampu berada di fase akhir. Lihat saja musim lalu, dia tampil 42 kali di semua kompetisi buat La Dea, menyumbang 8 gol.
Pasalic juga dibekali fleksibilitas bermain: kadang bisa berada di sisi sayap, lain waktu menyusup di belakang dua striker sebagai trequartista. Dia bisa memberi solusi bagi Gli Orobici ketika menghadapi situasi sulit. Saat tumbang di Zagreb, pemain Kroasia itu masuk sebagai pengganti di babak kedua, dan langsung membuat permainan lebih hidup. Sayangnya, ketika itu tim terlanjur hancur dan tertinggal 0-3.
Sementara kualitas Malinovskyi belum dimanfaatkan secara maksimal. Sejak bergabung dari FC Copenhagen pada musim panas, gelandang asal Ukraina itu baru tampil 3 kali di semua kompetisi—semua sebagai pengganti. Padahal, Ruslan punya kemampuan lengkap, baik dengan atau tanpa bola. Paham bagaimana meningkatkan mekanisme permainan dan mencipta peluang.
Keberadaan dua pemain ini bisa memperkuat lini tengah Atalanta. Tak perlu mengubah formasi dasar, tetap 3-4-1-2, dengan Pasalic main di sisi Freuler atau De Roon, dan Malinovskyi memerankan trequartista. Seiring jalannya pertandingan, pola itu bisa berevolusi jadi 3-5-2 atau 4-2-3-1, dibantu fleksibilitas dua gelandang tadi. Gasperini bisa menentukan apakah timnya ingin lebih solid atau lebih menyerang.