IDNGoal.news, Mame Baba Thiam pernah jadi salah satu pemain muda berbakat, yang banyak diburu oleh sederet tim besar Eropa terutama dari Italia. Kegemilangannya selama mengenyam pendidikan di akademi Inter Milan, jadi alasan terbesar.
Penyerang berkebangsaan Senegal itu jadi bagian integral Inter Primavera menjuarai Torneo di Viareggio pada 2011 lalu. Sayangnya karier pemain yang kini berusia 25 tahun itu tak berjalan semulus ekspektasi.
Thiam memang sempat diakusisi klub adidaya Negeri Pizza, Juventus, pada musim panas 2015 lalu. Namun dirinya menghabiskan 100 persen kariernya dengan dipinjamkan ke klub-klub medioker Italia, Yunani, dan Belgia, tanpa pernah mengukir sebiji penampilan pun baik di Inter maupun Juve.
Sadar bahwa kualitasnya tak dihargai di Eropa, Thiam pun memutuskan untuk berkarier di level sepakbola yang sedikit di bawah, Asia. Langkah itu dilakukannya pada Februari 2018 lalu dengan menerima pinangan klub papan atas Iran, Esteghlal.
Langkah yang tepat, karena Thiam akhirnya merasakan kenikmatan hakiki berkarier sepakbola. Kualitasnya dihargai dan sosoknya dicintai publik Iran. Semua karena performa gemilang yang dipentaskannya. Secara finansial pendapatannya tidak lebih kecil dari yang diterimanya di Eropa.
Sepekan terakhir jadi momen terbaik Thiam di Esteghlal. Dimulai dari kepahlawananya kalahkan rival senegara, Sepahan, di matchday terkahir Liga Utama Iran. Gol tunggalnya membuat The Blues Crown of Asia pastikan tiket lolos ke Liga Champions Asia (ACL) musim depan, dengan finis di peringkat tiga klasemen akhir.
Thiam kemudian pastikan Esteghlal melenggang ke perempat-final ACL musim ini. Melalui hat-trick perdana dalam kariernya, Zob Ahan disingkirkan dari turnamen lewat kemenangan 3-1 di leg kedua atau 3-2 secara agregat.
Tidak aneh bila redaksi Goal Indonesia lantas memilih Thiam untuk jadi pemain terbaik Asia pekan ini. Jika sanggup pertahankan performa positifnya, bukan tak mungkin Esteghlal bakal dibawanya melenggang begitu jauh di ACL musim ini.