DBasia.news – Gol dari Ivan Rakitic membedakan hasil akhir Clasico di Santiago Bernabeu antara Real Madrid kontra Barcelona, Minggu (3/3) dini hari WIB, pekan 26 LaLiga. Jose Mourinho turut mengomentari hasil akhir pertandingan tersebut.
Kekalahan itu datang dua kali beruntun bagi Madrid setelah sebelumnya dipecundangi di leg dua semifinal Copa del Rey dengan skor 0-3 (agregat gol 1-4). Madrid kini terpaut 12 poin dari Barca yang ada di puncak klasemen.
Selain itu, rekor superior Madrid dalam sejarah pertemuan Clasico harus berakhir pada angka 95 kemenangan, karena Barcelona kali ini unggul via 96 kemenangan dari total 242 pertemuan. Era Lionel Messi dkk mampu mengakhiri dominasi Madrid setelah 87 tahun lamanya.
Mourinho menyaksikan laga tersebut. Menurut mantan pelatih Madrid pada medio 2010-2013, tim asuhan Santiago Solari bermain terlalu lembek melawan Barcelona. Madrid seolah tidak dapat mengatasi tekanan bermain di pertandingan besar.
“Mereka tak bisa memainkan laga apa yang biasa saya sebut temperatur (atmosfer) laga-laga besar. Mereka pasif. Saya tak bisa membahas performa buruk, performa tadi tidak buruk, saya hanya berpikir performa yang lembut (lemah),” tutur Mourinho kepada BeIN Sports.
“Terkadang Anda bermain seperti ini melawan tim-tim semenjana dan pada akhirnya mendapatkan hasil-hasil positif, tapi melawan tim-tim top Anda harus melakukan hal yang lebih baik lagi jika Anda ingin meraih kemenangan.”
Selain itu, Mourinho yang sukses mempersembahkan satu titel LaLiga, Copa del Rey, dan Piala Super Spanyol, melihat lemahnya permainan Madrid dikarenakan kepercayaan diri dan keyakinan bermain yang buruk.
“Tadi itu bukan performa yang bahagia. Bukan performa tim yang bahagia, bukan performa tim dengan keyakinan kuat dan kepercayaan diri tinggi,” imbuh The Special One.
“Sudah jelas mereka sekarang ini ada dalam zona, setelah melalui beberapa hasil buruk, khususnya di laga Copa del Rey, kepercayaan diri yang benar-benar rendah,” sambungnya.
Satu hal lagi yang dikomentari Mourinho ialah momen ketika Sergio Ramos terlihat sengaja menyikut Lionel Messi jelang paruh pertama berakhir. Mourinho punya teori unik mengenai hal tersebut.
“Saya pikir aksi Sergio Ramos mungkin datang dari seorang pemain yang tahu laga harus berubah,” tambah Mourinho.
“Dan mungkin, dia melakukannya dengan sengaja untuk menciptakan temperatur yang berbeda di paruh kedua, karena laga sampai waktu itu tiba benar-benar, menurut saya, terlalu lembek.”
Penilaian Mourinho soal kelembekan Madrid itu memang wajar. Pada eranya, Real Madrid selalu bermain agresif menjurus kasar tiap kali memainkan Clasico melawan Barcelona, hingga dia membentuk rivalitas dengan Pep Guardiola yang kini melatih Manchester City