DBasia.news – Mantan pemain timnas Bahrain, Hakeem Al-Araibi, masih mendekam di Thailand pasca ditangkap tahun lalu oleh kepolisian Thailand, yang mendapatkan perintah penangkapan dari interpol (polisi internasional).
Al-Araibi merupakan pelarian dari negaranya karena kepercayaan politik yang dianutnya. Pada tahun 2012, Al-Araibi ditangkap di Bahrain atas tuduhan perusakan kantor polisi karena protes yang dilakukannya.
Kemudian, pemain yang berposisi sebagai bek tengah itu menjalani persidangan dan mendapat jaminan sebagai pengungsi di Australia pada 2017. Sejak saat itu, Al-Araibi memulai kembali kariernya di Negeri Kanguru bersama klub asal Melbourne, Australia, Pascoe Vale.
Ketika situasi tampak sudah relatif normal, Al-Araibi yang tengah berlibur dengan istri di Thailand tahun lalu, ditangkap oleh pihak keamanan Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, yang mendapatkan informasi dari interpol. Semenjak saat itu, Al-Araibi mendekam di Thailand sebagai tahanan.
Thailand disinyalir ingin mengekstradisi Al-Araibi kembali ke negaranya, Bahrain, namun Al-Araibi hanya ingin kembali ke Australia. Dia khawatir akan dibunuh jika kembali ke Bahrain, “Mereka akan membunuh saya sesampai di Bahrain,” ucap Al-Araibi.
Kekhawatiran itu muncul karena beberapa pihak keamanan di Bahrain memang mengincarnya, sebab Al-Araibi merupakan bagian dari kelompok mayoritas Shiah dan berkaitan dengan aktivitas politik saudara laki-lakinya. Al-Araibi sempat disiksa ketika ditahan di Bahrain.
Bahrain menginginkannya untuk pulang dan menjalani hukuman 10 tahun penjara. Sementara pihak klub, perwakilan komunitas hak asasi manusia, menginginkan agar Al-Araibi kembali ke Australia karena dia bisa hidup tenang di sana dan menjalani karier sebagai pesepakbola profesional.
FIFA, melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen) Fatma Samoura, meminta kepada pemerintahan Thailand untuk memulangkan Al-Araibi ke Australia, bukan ke Bahrain.
“Kami sepenuhnya percaya aksi ini (mengembalikan Al-Araibi ke Australia) akan memberikan keadilan, tidak hanya mematuhi peraturan internasional Thailand, tapi juga nilai-nilai kemanusiaan, yang kami tahu negara Anda dan pemerintah pegang erat,” tutur Samoura di Sky Sports.
“Situasi ini seharusnya tidak menjadi lebih parah lagi, karena Tuan Al-Araibi sekarang hidup, bekerja, dan bermain sebagai pesepakbola profesional di Australia, tempat di mana dia memiliki status pengungsi.”
“Kami menantikan respon Anda atas permintaan yang mendesak ini dan terima kasih sedalam-dalamnya atas usaha Anda untuk mengakhiri permasalahan dengan hasil akhir yang manusiawi,” pungkas Samoura.
-
Duo Liverpool Bersaing Untuk Sepatu Emas Premier League 2021/22
-
Manchester United Tidak Boleh Buang Poin Lagi Jika Ingin Juara Premier League
-
Meski MU Berada di Papan Atas Klasemen Premier League, Solskjaer Belum Bisa Tenang
-
FIFA Minta Klub Tidak Melarang Pemain Memperkuat Tim Nasional
-
Premier League Ungkap Puluhan Kasus Baru Positif COVID-19