DBasia.news – Era baru sedang diusung Arsenal menyusul kepergian Arsene Wenger sebagai manajer dan masuknya Unia Emery sebagai arsitek baru. Beberapa pemain masuk sebagai awal dari sebuah era baru.
Di posisi gelandang, Arsenal memboyong dua pemain, Lucas Torreira dan Matteo Guendouzi. Sejak awal, Torreira diprediksi bakal menjadi bagian penting bagi Arsenal di bawah Emery.
Namun apa yang terjadi? Semua mata kini menyoroti Guendouzi. Selain penampilan yang unik, permainan pemuda 19 tahun itu sukses mencuri perhatian. Tidak terkecuali dari Emery yang mulai lebih memilih Guendouzi daripada Torreira sebagai starter.
Munculnya Guendouzi memang terbilang mengejutkan. Bagaimana tidak, sebelum gabung Arsenal, pemain kelahiran Poissy di pinggiran Paris itu baru delapan kali bermain di kasta tertinggi Ligue 1. Ini mengingat klubnya Lorient musim lalu tampil di Ligue 2.
Saat merekrut pemain jebolan akademi Paris Saint-Germain, banyak yang mempertanyakan keputusan Arsenal. Pasalnya, untuk apa merekrut pemain muda minim pengalaman yang berasal dari klub papan tengah Ligue 2.
Guendouzi sendiri tidak peduli dengan suara miring yang beredar. Baginya, tampil apik di atas lapangan bakal membungkam semua itu. Dan itu memang terbukti. Usai Guendouzi tampil cemerlang saat Arsenal melibas PSG di pramusim, opini publik berubah. Guendouzi menjelma menjadi calon bintang Arsenal.
Kini, Gunedouzi selalu menjadi pilihan utama Unai Emery dalam skuat utama Arsenal. Paling tidak dalam dua laga pertama Premier League. Mampu “mengalahkan” pemain sekelas Torreira tentu bukan sembarangan. Torreira sendri merupakan pemain sarat pengalaman yang selalu bermain memperkuat Uruguay pada Piala Dunia 2018 lalu.
Yang membuat Guendouzi mendapat kepercayaan dari Emry adalah kemampuannya untuk langsung nyetel dengan tim barunya. Dengan usia yang masih muda hal ini terbilang mengejutkan.
“Saya tidak pernah melihat dia. Saya pernah mendengar soal dia, tapi tidak pernah melihatnya bermain. Jadi saya sangat terkesan sejak sesi latihan pertama,” ujar Henrikh Mkhitaryan.
“Ini merupakan kejutan besar yang sangat positif,” tambah Unai Emery tentang anak asuhnya.
Sudah Diprediksi Bakal Bersinar
Matteo Guendouzi
Melejitnya pamor Guendouzi sendiri tidak datang begitu saja dan bukan kebetulan. Memang selama ini dia seperti terlindung dari radar. Namun ini merupakan filosofi dari pembinaan pemain muda yang diusung Lorient. Klub yang mendidiknya menjadi pemain seperti saat ini. Pemain yang tidak minder saat bergabung dengan klub besar macam Arsenal.
Perjalanan karier yang berliku sejak dini juga ambil bagian dalam pembentukan karakter Guendouzi. Sempat menimba ilmu di akademi PSG, Guendouzi kemudian merasakan pahitnya kenyataan ketika PSG memutuskan melepasnya saat usia 14 tahun.
Dilepas klub yang diidolakannya tidak membuat Guendouzi patah arang. Dia kemudian bergabung dengan Lorient, klub yang dibawanya menjadi juara U-17 Prancis pada 2015.
Pada saat rekan-rekannya sesama pemain muda bertumbangan, Guendouzi melesat dan mampu menembus tim utama. Hal ini tidak lepas dari determinasi kuatnya.
Dilepas PSG justru menjadi berkah bagi Guendouzi. Bersama Lorient, Guendouzi bertemu dengan Christian Gourcuff, ayah dari Yoann Gourcuff, yang menjadi arsitek Lorient.
“Christian adalah seorang guru sepak bola sejati. Dia sangat dihormati di Prancis,” terang Arnaud Huchet, seorang jurnalis Prancis dikutip SkySports.
“Dia mengembangkan gaya bermain khas Lorient. Semua agar mereka bisa mendidik para pemain muda. Meski begitu, khusus Guendouzi dia memang lahir sebagai pemai tangguh. Dia sudah memiliki nyali sejak kecil,” lanjut Huchet.
Tidak heran saat bergabung dengan Arsenal, Guendouzi bisa langsung beradaptasi. Keberanian, kepercayaan diri, serta skill yang dimiliki menjadi modalnya.
Kemampuan teknis serta kepribadian yang kuat itu juga yang membuat Guendouzi selalu impresif di semua level yang pernah dilakoninya. Tidak heran jika Sylvain Ripoli, pelatih Lorient pada 2016/17 memutuskan mempromosikan Guendouzi yang sebelumnya tampil bersama tim B di kasta keempat liga Prancis.
Lucas Torreira
Sayang, Ripoli kemudian dipecat dan Lorient dilatih oleh Bernard Casoni, pelatih yang dikenal menyukai permainan bertahan. Casoni tidak menyukai cara bermain Guendouzi. Di sisi lain Guendouz tidak menyukai cara bermain Casoni.
Beruntung bagi Guendouzi, masa tugas Casoni tidak berlangsung lama. Pada musim panas 2017, Lorient menunjuk Mickael Landreau sebagai pelatih. Di bawah Landreau, penampilan Guendouzi meningkat pesat. Pada Desember 2017, Manchester City dan Tottenham Hotspur disebut rajin memantau perkembangannya.
Namun, di saat nama Guendouzi mulai diminati, masalah muncul. Lorient membekukan Guendouzi dari skuat setelah dia menolak memperpanjang kontrak. Pertikaian dengan Landreau membuat masalah makin besar.
Berkat campur tangan langsung dari Loic Fery, presiden Lorient, Guendouzi kembali bergabung dengan skuat utama. Namun, Atmosfer di dalam tim sudah tidak kondusif. Suporter Lorient pun cemas mereka bakal kehilangan pemain yang diharapkan bisa mengembalikan Lorient ke Ligue 1.
Akhirnya Lorient memutuskan menerima pinangan Arsenal senilai 7 juta pound. Harga yang terbilang tinggi bagi pemain Ligue 2.
Setelah bergabung dengan The Gunners, banyak yang meragukan Guendouzi yang dinilai akan kesulitan dengan permainan fisik Premier League.
“Secara teknis dia memiliki kemampuan tinggi. Namun dalam hal kekuatan fisik, dia akan kesulitan bersaing mendapatkan tempat di skuat utama,” ujar Huchet.
Hingga saat ini, Guendouzi bisa menjawab keraguan. Namun, kompetisi masih pagi. Terlalu dini untuk mengatakan Guendouzi bakal bersinar. Di sisi lain, usia ada di sisi Guendouzi. Ibarat berlian mentah, masih banyak waktu untuk mengasahnya menjadi berkilau.
-
Mikel Arteta Membedah Alasan Arsenal Kalah Tiga Kali Beruntun
-
Liverpool Butuh Harry Kane di Lini Depan
-
Dianggap Jadi Anak Emas Premier League, Mikel Arteta Beri Tanggapan
-
Bos Arsenal Belum Bisa Pastikan Thomas Partey Dan Aubameyang Untuk Laga Liverpool
-
Arsenal Mulai Bangkit, Takehiro Tomiyasu Punya Peran Penting