DBasia.news – Aksi unjuk rasa besar di Paris, Prancis, belakangan ini tengah menghiasi pemberitaan media. Grup bernamakan jaket kuning (gilets jaunes) melakukan aksi demonstrasi menyusul kenaikan pajak bahan bakar.
Blokade dibuat di jalan-jalan layaknya Revolusi Prancis di masa lalu. Tiga orang telah dinyatakan meninggal dunia sejak aksi unjuk masa dimulai bulan lalu, meskipun faktanya Prancis belum menganggapnya sebagai situasi yang darurat.
Polisi setempat menggunakan berbagai macam cara guna membubarkan kerumuman masa, termasuk dengan melemparkan gas air mata, menggunakan meriam air, hingga granat yang sifatnya melumpuhkan untuk sementara waktu.
Pemerintah yang dipimpin Presiden, Emmanuel Macron, sudah dipaksa untuk mengubah kebijakan peningkatan pajak bahan bakar itu. Tapi, demonstrasi tetap berlangsung karena demonstran melihat adanya pemerintah yang ‘kotor’.
Kerusuhan itu menjalar ke berbagai aspek dan berpengaruh dengan jadwal pertandingan Ligue 1 di akhir pekan ini. Paris Saint-Germain (PSG), klub Ibu Kota, diagendakan bermain melawan Montpellier di Parc des Princes, setelah laga melawan Strasbourg.
Akan tapi, diberitakan oleh AS, pertandingan melawan Montpellier di pekan 17 Ligue 1 ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan karena kerusuhan tersebut. Dikhawatirkan unjuk rasa itu memengaruhi isu keamanan dan kenyamanan dari fans PSG.
Tim besutan Thomas Tuchel saat ini kokoh di puncak klasemen dengan perolehan 43 poin, mencetak 48 gol dan hanya kebobolan sembilan gol. PSG belum pernah kalah di Ligue 1 dan terpaut 13 poin dari Lille, yang sudah memainkan satu laga lebih banyak.
-
Kalahkan RB Leipzig, PSG Lolos Ke Final Liga Champion untuk Pertama Kali
-
Thomas Tuchel Masih Berharap Kylian Mbappe Tampil Kontra Atalanta
-
Real Madrid, PSG, atau Barcelona, Neymar akan Cari Pilihannya Sendiri
-
Di Tengah Pandemi Covid-19, PSG Siapkan Gaji Besar untuk Kalidou Koulibaly
-
Barcelona Beruntung Tidak Ada VAR Saat Lawan PSG