DBasia.news – Tuah musim kedua untuk Jose Mourinho telah luntur. Fakta itu bisa dibuktikan musim lalu, saat Manchester United mengakhiri musim 2017/18 tanpa raihan trofi dengan hanya pencapaian posisi dua klasemen Premier League dan final Piala FA.
Kritikan pun disematkan kepada Mourinho. Catatan nirgelar itu menjadi bukti sahih bahwa pola pikir konservatif Mourinho, yang mengedepankan hasil di atas penampilan bagus dan menghibur, tidak lagi efisien.
Ironisnya, Man United kalah dari rival sekota, Manchester City, yang meraih dua gelar: Premier League dan Piala Liga. Hebatnya lagi, The Citizens meraihnya bukan dengan hasil 1-0 atau permainan yang monoton ketika sudah unggul, melainkan permainan yang ofensif dan menghibur.
Membandingkan Mourinho dan Guardiola pun bak melihat dua kutub berbeda. The Special One yang sudah meraih kesuksesan dari segi trofi di masa lalu dengan filosofi sepak bola yang pragmatis, musim lalu kalah dengan gaya bermain Guardiola yang notabene menjadi esensi sepak bola.
Musim ini, fans Setan Merah tentu saja tidak ingin melihat tetangga mereka berpesta kembali. Suporter sangat berharap Man United bangkit untuk meraih titel Premier League yang terakhir diraih di tahun 2013.
Pep Guardiola
Tapi, harapan itu berubah menjadi kekhawatiran apabila melihat pramusim Man United saat ini yang sudah memainkan dua laga. Selain dua laga beruntun meraih hasil imbang, 1-1 dengan Club America dan 0-0 kontra San Jose Earthquakes, dua pemain anyar Man United (Diogo Dalot dan Fred) juga belum beraksi.
Belum lagi beberapa pemain-pemain andalan Man United musim lalu masih berlibur pasca bermain di Piala Dunia 2018, hingga mereka telat bergabung dengan skuat. Melihat ‘kejenuhan’ dari performa Man United itu, Paul Scholes, legenda klub, yakin Guardiola pun akan kesal dengannya.
“Sebagai figur sepak bola, jika Anda seorang pelatih dan Anda melihat tim Anda bermain – dia (Mourinho) mungkin senang (dengan gaya bermain tim). Ini tim yang mementingkan hasil ketimbang hal yang benar-benar mengesankan Anda. Inilah mungkin yang membuatnya bahagia, di poin itulah dia meraih sukses bertahun-tahun terakhir,” papar Scholes di BeIN Sports.
“Jika Guardiola pernah menjadi manajer Manchester United dia mungkin akan benci dengan hal yang dilihatnya – dan mungkin situasi akan berbeda. Tapi, hal terpenting untuknya (Mourinho) adalah hasil, dia akan dinilai dengannya,” urainya.
Musim ketiga Mourinho dengan Man United bisa jadi ujian terakhir baginya untuk memberikan titel prestisius, usai meraih Liga Europa dan Piala Liga di musim pertama.