DBAsia News

Lucas Torreira: Kecil-kecil Cabe Rawit

Lucas Torreira

DBasia.news – Berawal dari laga antara Portugal kontra Uruguay di babak 16 besar Piala Dunia 2018, 1 Juli 2018. Seorang pemain bertubuh mungil dengan tinggi sekitar 168 cm, bernomor punggung 14 berlari ke sana ke mari di lini tengah.

Di satu momen, momen yang mungkin membuat publik penasaran dengannya, ia menghampiri Cristiano Ronaldo layaknya banteng ketika melihat kain berwarna merah dan menjatuhkannya dengan dorongan pundak (ya, seorang Ronaldo yang jauh lebih tinggi darinya dan berotot).

Publik semakin penasaran dengannya. Mungkin beberapa orang di laga itu kembali melihat handphone mereka, memastikan kembali susunan pemain Uruguay asuhan Oscar Tabarez dan melihat siapa pemain bernomor punggung 14. Pemain yang begitu gigihnya menjaga benteng terakhir pertahanan Uruguay.

Bukan hanya karena dorongannya kepada Ronaldo saja yang disorot publik, keberaniannya mengamankan bola ketika ia sudah tersungkur ke tanah dan menggunakan kepalanya untuk menyapu bola langsung viral di media sosial. Suporter menikmati aksinya dan pemandu bakat klub-klub Eropa terus mengamatinya.

Tabarez memainkan formasi berlian di lini tengah Uruguay dan menurunkan tiga pemain muda, satu pemain senior. Matias Vecino pemain senior pada usia 27 tahun dan tiga lainnya adalah Rodrigo Bentancur, Nahitan Nandez, dan pengguna nomor 14, Lucas Torreira. Pada akhirnya Uruguay menang 2-1 atas Portugal, juara Euro 2016.

Lucas Sebastian Torreira Di Pascua, nama panjangnya. Panggilan sapaannya adalah Torreira. Ada istilah khusus di sini (Indonesia) bagi pemain bertubuh kecil dan punya permainan ngotot sepertinya: si kecil cabe rawit. Dalam istilah Uruguay, Torreira sama dengan garra.

Istilah “garra” merujuk kepada suatu hal di antara tekad (kegigihan) dan nyali (keberanian). Torreira merepresentasikannya dengan kengontotannya menjaga zona tengah dari serbuan pemain lawan. Arsenal membelinya musim panas ini dari Sampdoria sebesar 26 juta poundsterling.

Diyakini banyak orang: fans Arsenal, media, hingga legenda Arsenal seperti Martin Keown, Torreira adalah kepingan puzzle yang hilang sejak tim ditinggal Patrick Vieira pada 2005.

 

 

Lucas Torreira


“Saya suka caranya bermain. Dia melakukan banyak hal. Dia memberikan sedikit kengototan bermain di lini tengah dan lebih dinamis (aktif bergerak). Memainkan bola dengan baik: mendistribusikannya dengan baik dan tenang. Itulah yang mereka (Arsenal) butuhkan di lini tengah,” ucap Keown mengenai Torreira.

Lantas, apakah Torreira hanya diingat sebagai tukang perebut bola atau di Indonesia dikenal dengan istilah gelandang pengangkut air? Tidak juga. Memahaminya tidak bisa hanya melihat sekilas performanya dengan Arsenal saat ini.

Dari Striker, Gelandang Serang, hingga Perbandingan dengan Sergio Busquet dan Marco Verratti

Kisah Torreira bukanlah cerita indah pemain dengan latar belakang kekayaan orang tua, yang kemudian menyekolahkannya dengan mahal di akademi sepak bola. Pada usia 16 tahun, ambisi tinggi Torreira membawanya jadi perantauan.

Torreira pergi meninggalkan kampung halaman, Fray Bentos, untuk pergi ke Montevidio. Di sana ia tinggal dengan saudarinya, Estefani, dan menggunakan bus tiap harinya untuk sekedar berlatih. Torreira jadi bagian akademi Montevidio Wanderers.

Pada suatu hari ketika Wanderers mengirim beberapa pemainnya ke Pescara, Italia, untuk melakukan trial (uji coba) pada 2013, namanya tidak tercantum ke dalam daftar pemain yang diterbangkan ke Italia. Bagi pemain biasa atau bermental lemah, mereka biasanya kecewa, jatuh, dan sulit bangkit. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Torreira.

Ia berlatih keras selama beberapa bulan, dalam kondisi sulit: tidak punya banyak uang dan untuk sekedar potong rambut, Torreira menggunakan sistem klasik perdagangan, barter. Sampai akhirnya pemandu bakat bernama Roberto Druda melihat potensinya dan membawanya ke Italia.

Barulah titik perubahan karier Torreira terjadi di Pescara. Dari 2013-2015, lalu sempat dipinjamkan ke Pescara di musim 2015-16, Torreira merasakan berkah dilatih oleh mantan bek kanan timnas Italia, Massimo Oddo. Ia berandil besar mengubah posisi bermain Torreira dari striker, gelandang serang, hingga gelandang jangkar (pivot).

Dari situlah perbandingan dibuat publik dan media mengenai Torreira dengan mantan pemain Pescara yang kini bermain di Paris Saint-Germain (PSG), Marco Verratti.

 

Lucas Torreira


“Oddo punya gagasan memindahkannya dari peran playmaker di lini tengah ke peran baru dan bermain di depan pertahanan. Inilah satu keputusan yang mengubah kariernya,” ucap Marcello Donatelli, mantan asisten manajer Pescara.

Donatelli yang sudah melihat aksi Torreira di depan matanya, memberi perbandingan yang lebih besar antara Torreira dengan gelandang bertahan terbaik Eropa milik Barcelona, Sergio Busquets.

“Tekniknya, determinasinya, dan kecerdasan taktiknya selalu mengesankan saya. Aspek taktik ketika bertahan selalu jadi titik terkuatnya dan dia sangat dewasa dari segi (pemahaman) taktik untuk membaca permainan. Setelah Sergio Busquets, dia secara taktik gelandang terkuat di Eropa,” puji Donatelli.

Tentu saja Donatelli tidak asal berbicara.

Keseimbangan Bertahan dan Transisi Penyerangan

Arsenal dalam beberapa musim terakhir di era Arsene Wenger selalu mengombinasikan dua pivot bermain dengan peran berbeda: Santi Cazorla-Francis Coquelin dan Granit Xhaka-Aaron Ramsey. Layaknya papan balok yang ditumpuk ke atas, jika salah satu pemain dari pasangan itu tidak bermain, maka sistem bermain Arsenal di tengah jadi berantakkan.

Hadirnya Torreira mengubah situasi tersebut. Ia tidak sekedar gelandang perebut bola ulung, tapi juga pengalir serangan yang cepat dalam melakukan transisi bermain dan membangun serangan. Klub sangat butuh pemain dengan tipe sepertinya di era sepak bola modern.

Plus, Torreira juga memiliki visi bermain melalui akurasi operan yang tinggi. Di Serie A musim 2017-18 dengan Sampdoria, Torreira melakukan total 101 tekel (terbanyak ketiga), operan sebanyak 2188 kali (terbanyak kesembilan), dan memotong jalur bola (interceptions) sebanyak 72 kali (terbanyak keenam)

Dilihat dari data yang lebih terperinci lagi, Torreira ada di lima gelandang top 2017-18 Serie A dari segi operan sukses (1.907 kali) bersama Jorginho, Marek Hamsik, Remo Freuler, dan Miralem Pjanic. Itu baru dari segi operan suksesnya, tekelnya? Pun demikian.

Torreira ada di urutan dua dari lima gelandang top Serie A 2017-18 yang memenangi tekel, sisanya adalah: Lucas Leiva, Nicolo Barella, Allan, dan Paolo Farago. Puas dengan perbandingan statistik tersebut, fans Arsenal? Seharusnya puas.

Unai Emery bak membeli dua pemain dalam diri pemain berusia 22 tahun itu. Torreira bisa bertahan dan juga membangun serangan. Akhir pekan lalu Torreira sudah jadi starter untuk kali pertama di Premier League dan Arsenal menang 2-0 atas Everton, mencatatkan clean sheets pertama musim ini.

Masih berada di usia yang relatif sangat muda, Torreira bisa terus berkembang di Arsenal dan si kecil cabe rawit berpotensi besar mengembalikan kejayaan The Gunners. Ia tipe gelandang yang lebih komplit dari gelandang Chelsea, N’Golo Kante.

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?