IDNGoal.news, SEBAGAI tim yang paling sukses di Amerika Tengah, Kosta Rika hampir saja gigit jari tidak jadi ke Rusia. Untungnya gol penyelamat dari Kendall Watson pada masa injury time ke gawang Honduras dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Concacaf membawa mereka ke putaran final Juni mendatang.
Kedudukan 1-1 di laga terakhir tersebut menempatkan Kosta Rika sebagai runner-up zona Concacaf di bawah Meksiko yang lolos pertama dari zona tersebut.
Selain hampir terlempar, Kosta Rika sebenarnya mencatatkan hasil yang bagus pada kualifikasi. Dari 10 kali bertanding, mereka hanya kalah dua kali atas Meksiko dan Panama, dengan raihan total 16, hasil 4 kali menang dan 4 kali seri.
Mereka akhirnya masuk sebagai tim ke-13 ke putaran final Piala Dunia 2018. Keikutsertaannya tersebut menjadi yang kelima bagi pasukan Los Ticos tersebut di pergelaran sepak bola terbesar sejagat itu.
Dari lima kali keikutsertaan mereka, pencapaian di Piala Dunia 2014 menjadi yang terbaik bagi Kosta Rika. Kala itu, mereka mampu membuktikan diri sebagai lawan yang patut dipertimbangkan setelah menembus babak perempat final, sebelum akhirnya dihadang Belanda lewat adu penalti.
Dengan pengalaman empat tahun lalu, kini Kosta Rika pun menjelma jadi tim yang pantas diperhitungkan di Rusia nanti. Di Piala Dunia nanti, mereka akan berada satu grup dengan Brasil, Swiss, dan Serbia di Grup E.
Bersama sang pelatih baru, Oscar Ramirez, mereka kembali mencoba meraih hasil yang sama empat tahun lalu. Hasil empat tahun lalu sendiri pun merupakan cambukan atas keberhasilan mereka di Piala Dunia 1990 lalu dengan menembus ”16 Besar”.
Jadi bukan tidak mungkin, tahun ini kesempatan yang sama untuk mengulang sukses atau bahkan merebut prestasi lebih baik lagi akan kembali terjadi kepada mereka.
Apalagi pada 2014 lalu, Kosta Rika memiliki catatan yang bersih, sebagai tim yang tak terkalahkan bersama Jerman dan Belanda (tidak termasuk adu penalti).
Akan tetapi, satu grup dengan lima kali juara dunia tidaklah mudah. Pasalnya, di atas kertas, Brasil hampir pasti menyegel satu tiket ke babak berikutnya.
Kecuali ada mukjizat, maka besar kemungkinan ketiga tim lainnya, akan saling berebut satu tiket tersisa ke babak selanjutnya untuk ke grup ini.
Secara peringkat Serbia di bawah Kosta Rika, dan mereka sudah lama tidak berprestasi, tetapi pencapaian mereka di Piala Dunia tidak bisa dipandang sebelah mata.
Mereka memiliki pengalaman putaran final Piala Dunia cukup banyak dengan 11 kali penampilan. Tentu pengalaman yang tidak sedikit. Dari 11 kali performa mereka di Piala Dunia, mereka sudah pernah mencatatkan hasil terbaik dengan lolos ke babak ”4 Besar” dua kali, pada 1930 dan 1962.
Sementara itu, Swiss yang saat ini menempati peringkat enam dunia, sedang menanjak permainannya. Pengalaman mereka pun cukup banyak di pergelaran dunia ini, dengan 10 kali penampilan.
Prestasi mereka pun dari 10 penampilan cukup konsisten, yakni empat kali menembus babak perempat final.
Kekuatan dari Kosta Rika sendiri adalah kolektivitas permainannya. Kesuksesan mereka bisa menembus putaran final sendiri bisa dikatakan karena dua faktor, yakni serangan yang matang, soliditas di lini belakang, serta ujung pertahanan yang kokoh yakni Keylor Navas, sang kiper.
Bryan Ruiz sang musang predator
Pengalaman bermain di Inggris meningkatkan kemampuan gelandang serang Kosta Rika, Bryan Ruiz. Bergabung dengan timnas Kosta Rika sejak 2005, dia telah mencatatkan 100 penampilan bersama skuad Los Ticos.
Performanya yang apik pada Piala Dunia 2014 lalu, sukses mengantarkan ke perempat final, membuat timnya hingga kini masih menggantungkan diri kepada Ruiz.
Dia dinilai sebagai pemain istimewa oleh beberapa mantan pelatih timnas karena kepiawaiannya tersebut.
Selama membela timnas, dia telah mencatatkan 23 gol dari 109 penampilannya tersebut. Dia pun menjadi satu-satunya pemain Kosta Rika yang sukses menghasilkan gol terbanyak untuk timnas.
Tidak salah bila playmaker terbaik di Amerika Tengah dan Utara ini pun dipercaya untuk menjadi motor serangan sekaligus pemimpin bagi timnya di lapangan.
Aksi cerdiknya di dalam lapangan yang membuat pemain kelahiran San Jose, 18 Agustus 1985 ini sering kali dijuluki sebagai “Musang”. Melihat sepintas seakan tidak berbahaya, tetapi ternyata dia predator.
Sama dengan ketika dia memendam mimpi untuk bisa membuat sejarah pada Piala Dunia 2014, kali ini mimpinya masih sama ingin membawa Kosta Rika melampaui prestasi sebelumnya, mengingat kondisi saat ini hampir sama dengan empat tahun lalu.
Diremehkan saat babak penyisihan karena satu grup bersama tiga mantan juara Italia, Inggris, dan Uruguay, ternyata mereka bisa finis di perempat final.
“Kami tidak akan hanya duduk lagi, kami akan maju terus. Karena ini adalah Kosta Rika yang baru. Awas, karena kami bisa mengejutkan semua orang,” kata Ruiz.