DBasia.news – Melihat daftar jajaran manajer Everton, terdapat dua nama Ancelotti. Yang pertama tentu saja sang manajer Carlo Ancelotti, sedangkan nama kedua adalah Davide Ancelotti.
Dari nama belakang yang sama, Davide tentu punya hubungan dengan Carlo, karena dia adalah anak kandung sang manajer. Davide merupakan tangan kanan alias asisten Carlo Ancelotti.
Davide memang memiliki cita-cita ingin mengikuti jejak sang ayah di dunia kepelatihan. Meski begitu Davide memolih jalur berbeda dari sang ayah. Davide tidak melalui tahap menjadi pemain, melainkan langsung terjun ke dunia kepelatihan.
Saat ini Davide merupakan asisten manajer termuda yang ada di Premier League. Dia bersama legenda Everton Duncan Ferguson mendampingi Carlo Ancelotti.
“Pekerjaan ayah telah memberikan kebahagiaan untuk keluarga. Saya ingin melakukan ini sejak kecil. Kebanyakan ingin menjadi pemain sepak bola, tapi saya tidak punya talenta,” kata Davide seperti dilansir Daily Mail.
“Saya tumbuh besar di ruang ganti pemain dan berkesempatan bertemu pemain idola. Jadi saya memutuskan untuk belajar. Saya ingin menjadi seorang manajer.”
Pada usianya yang masih 30 tahun, Davide terus mengasah kemampuanyannya. Setelah lulus kuliah jurusan Sport Science pada usia 22 tahun, Davide terus mengikuti pelatihan hingga mendapatkan lisensi melatih.
Saat ini Davide mengaku sedang mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari sang ayah. Dengan niat yang sangat tinggi, mentor hebat, dan akses luas, Davide punya semua syarat untuk jadi pelatih jempolan di masa depan.
“Saya lulus kuliah di Italia. Kemudian menjadi pelatih fisik di akademi Paris Saint-Germain selama setahun. Saya mendapatkan lisensi pertama saat di Bayern Munchen,” papar Davide.
Davide tak menampik, dia beruntung menjadi anak Carlo Ancelotti. Bertemu dan kenal dekat dengan pemain hebat, serta mengenal suasana ruang ganti menjadi modal baginya.
Salah satu pengalaman yang menurutnya paling berkesan adalah ketika sang ayah menjadi arsitek AC Milan.
“Saat berusia dari 12 hingga 18 tahun, saya besar di tengah pemain hebat. Banyak sekali pemain hebat, ada Paolo Maldini, seorang kapten hebat,” kenang Davide.
Memiliki ayah seorang pelatih di klub besar membuat Davide leluasa mengamati apa yang terjadi. Dia paham bagaimana sang ayah berhasil membawa Milan dua kali juara Liga Champions pada 2003 dan 2007.
Tidak hanya itu, Davide juga sudah merasakan atmosfer di klub-klub papan atas di berbagai liga besar Eropa, dari Chelsea, PSG, AC Milan, Real Madrid, Bayern Munchen, hingga Napoli.
Satu hal yang pasti tidak dimiliki calon pelatih lain, yaitu kesempatan berdiskusi dengan pelatih besar tanpa rasa canggung. Dalam hal ini, Davide disebut sang ayah acap mengesalkan karena selalu melontarkan pertanyaan sulit.
“Kami selalu berdiskusi setiap harinya. Seorang asisten manajer ada untuk menghadirkan keraguan kepada manajer. Saya memiliki keuntungan karena hubungan dengan ayah sangat dekat. Saya bisa bicara apa saja. Saya bisa katakan tidak setuju dengan rencananya,” ujar Davide.
Davide diprediksi akan menjadi manajer hebat suatu saat nanti. Bukan karena dia anak Don Carlo, melainkan keinginannya untuk selalu belajar.
“Saya punya pengalaman hebat, tapi selalu ada waktu untuk mengembangkan diri.”