DBasia.news – Lama bungkam pasca mengundurkan diri sebagai pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane akhirnya angkat bicara. Zidane berbicara kepada UEFA mengenai berbagai hal tentang klub yang sudah dibelanya sebagai pemain dan juga pelatih – kedua momen yang dihabiskan dengan kesuksesan besar.
Tiga warisan terbesar Zidane sebagai pelatih di Madrid dalam dua tahun terakhir adalah tiga titel Liga Champions beruntun. Belum ada satupun tim yang mampu melakukannya di Eropa dan bahkan untuk sekedar mendekati perolehan trofi Liga Champions Madrid, yang saat ini mencapai 13 titel – terdekat, AC Milan baru tujuh trofi.
“Ketiga titel itu sangat fantastis. Semuanya spesial karena alasan berbeda-beda. Trofi pertama hebat karena itu trofi pertama sebagai pelatih; kedua merupakan gabungan simbolik dan intensitas – kami berhadapan dengan Juventus dan membalikan performa yang sangat hebat di babak kedua. Lalu yang ketiga melengkapi musim ketiga sebagai pelatih Real Madrid,” tutur Zidane.
Tidak ada yang tahu pasti mengapa Zidane mundur dari jabatannya di akhir musim lalu, meski diduga banyak orang ia mundur karena telah mengetahui Cristiano Ronaldo akan hengkang ke Juventus. Namun, Zizou – sapaan akrab Zidane – tahu pasti akan tuntutan besar yang selalu diberikan jajaran direksi kepada pelatih Madrid: kewajiban memenangi segalanya.
Bagi saya, tidak ada bedanya (tuntutan memenangi La Liga dan Liga Champions). Saya selalu menyiapkan seluruh laga di level yang sama dalam pengaplikasiannya. Di event apapun, ketika Anda melatih Real Madrid, Anda harus memenangi segalanya, serta menjaga standar tertentu dalam gaya bermain – itulah filosofi saya,” pungkas Zidane.
Secara tidak langsung, Zidane memeringati kepada suksesornya, Julen Lopetegui. Tugas berat menantinya untuk menjaga kualitas Madrid yang ditinggal Zidane dan Ronaldo, serta mempertahankan titel Liga Champions untuk keempat kali beruntun dan menjuarai La Liga dan Copa del Rey.