DBasia.news – FC Barcelona masih menjadi sorotan di bursa transfer kali ini setelah memboyong Robert Lewandowski. Hingga saat ini Blaugrana sudah berhasil punya lima pemain baru.
Sebelum Lewandowski datang Barcelona telah merekrut Pablo Torre, Andreas Christensen, Franck Kessie, dan Raphinha. Torre direkrut sebesar lima juta euro dari Racing Santander, Christensen dan Kessie gratis, Raphinha sebesar 65 juta euro dari Leeds United, dan Lewandowski diboyong dengan harga 50 juta euro dari Bayern Munchen.
Menurut Football-Espana Barcelona kini jadi tim paling banyak mengeluarkan uang di bursa transfer musim panas 2022 di Eropa. Barcelona mengeluarkan 115 juta euro, disusul Manchester City (108 juta euro), Leeds United (105 juta euro), dan kemudiian Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur.
Apa yang dilakukan Barcelona cukup mengejutkan. Bagaimana bisa, klub yang dililit utang sampai 1,3 miliar euro jor-joran membeli pemain? Presiden LaLiga, Javier Tebas, bahkan pernah skeptis dengan kans Barca merekrut Lewandowski.
“Angkanya sangat mudah, Anda mengalami kerugian lebih dari 500 juta euro dalam dua tahun terakhir, Anda harus memulihkannya untuk merekrut pemain,” tutur Tebas beberapa waktu lalu.
“Lewandowski memiliki satu tahun tersisa di Bayern, antara apa yang ingin dia dapatkan dan apa yang diinginkan Bayern sebagai bayaran, saya tidak melihatnya di Barcelona.”
Tidak ada yang mustahil di sepak bola dan benar saja, Lewandowski ke Barcelona. Bahkan Joan Laporta, Presiden Barcelona, menegaskan transfer klub belum berakhir.
“Kami ingin membuat tim yang kompetitif, memberi Xavi alat (modal) untuk memiliki tim yang bagus dan saya pikir kami berada di jalur yang benar,” ungkap Laporta kepada Marca.
“Saya pikir (Direktur Sepak Bola) Mateu Alemany dan (Penasihat Olahraga) Jordi Cruyff melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang saatnya untuk bekerja pada pertahanan. Xavi membuat kami fokus pada serangkaian pemain dan saya berharap tim Catalan bisa lebih bergembira.”
Strategi Berisiko Barcelona
Ada kekhawatiran Barcelona kembali ke masa kelam di rezim Josep Maria Bartomeu, eks Presiden Barcelona sebelum Laporta. Kala itu fans dan klub dimanjakan dengan datangnya pemain-pemain bernama besar, belum lagi Barcelona jor-joran keluar uang untuk merekrut mereka.
Sebut saja seperti: Philippe Coutinho, Antoine Griezmann, dan Ousmane Dembele. Pemberian gaji pun kelewat batas. Alhasil saat Bartomeu lengser dari jabatannya dengan kontroversi, hutang besar dimiliki Barcelona dan jadi warisannya untuk era Laporta.
Laporta, yang pernah sukses di periode satu memimpin Barcelona, perlahan membangkitkan Barcelona. Meski demikian pertanyaan tetap muncul, mempertanyakan darimana uang Barcelona saat ini di kala mereka memiliki utang besar.
Sebagai awalannya implikasi utang untuk klub sekaliber Barcelona sangat berbeda, khususnya ketika itu mengenai entitas publik. Pada 2021 lalu Barca mengumumkan bahwa mereka sukses merestrukturisasi utang, sekitar 700 juta euro, dari jangka pendek menjadi jangka panjang.
Barca juga dapat bantuan dari Goldman Sachs sebesar 600 juta euro, dengan periode selama lima tahun, mereka bahkan membantu pembiayaan renovasi stadion klub dalam rencana 35 tahun (dikutip dari Reuters). Bantuan itu membuat finansial Barca sedikit stabil.
Dalam kurun waktu lima tahun, dengan asumsi fans kembali memadati Camp Nou dan uang masuk dari pertandingan, perlahan Barcelona bisa mengembalikannya.
Belum lagi dengan terjalinnya kesepakatan antara Barca dengan Spotify, plus pendapatan lain dari penjualan pemain, potensi kesuksesan tim, itu semua perlahan memberikan stabilitas untuk Barcelona.
Tapi perlu diingat juga itu semua, plus belanja besar-besaran pemain Barcelona saat ini adalah strategi yang berisiko. Bak pertaruhan, Barcelona harus mencapai tingkat kesuksesan tertentu di Spanyol dan juga Eropa.
Dengan cara itu mereka bisa membayar hutang dan menutup pengeluaran besar saat ini. Singkat kata, investasi Barcelona kepada pemain seperti Kessie, Christensen, Raphinha, dan Lewandowski dilakukan agar klub bisa kembali sukses.
Utang bisa ditutupi perlahan dengan pembayaran yang lancar dan selagi itu berjalan, dengan cara gali tutup lubang ala Barcelona, Barcelona juga wajib sukses di Eropa agar masalah yang sama tak terulang lagi.
Dunia perlahan move on dari pandemi virus corona dan mulai kembali normal. Banyak cara menghasilkan uang bagi Barcelona, namun, harus diingat juga cara atau strategi yang dilakukan Barca saat ini tidak dapat dilakukan dua kali.
Ben Jacobs menuturkan apabila economic levers (pengungkit ekonomi) merupakan solusi sekali pakai. Contoh, apabila hak siar televisi dijual maka itu akan hilang selama 25 tahun dan itu tak bisa dijual lagi sebagai solusi kedua.
Pengungkit Ekonomi dan Batasan Gaji FFP
Pada poin ini cukup menarik karena pada dasarnya uang transfer dan gaji pemain adalah dua hal berbeda. Laporta juga sudah sering menegaskan istilah pengungkit ekonomi untuk menyelamatkan Barcelona saat ini.
Langkah pertama dari pengungkit ekonomi itu adalah penjualan 49,9 persen BLM, perusahaan Barca yang menangani lisensi dan merchandising, dan itu memberi Barca 300 juta euro. Tapi Barca masih memegang kontrol saham dan opsi pembelian kembali.
Lalu berikutnya adalah penjualan 25 persen pendapatan dari televisi LaLiga Barcelona dalam jangka waktu 25 tahun. Kesepakatan kabarnya sudah tercapai dengan Sixth Street, perusahaan investasi Amerika Serikat, sebesar 10 persen.
Itu menghasilkan 207,5 juta euro dan negosiasi masih berlanjut ke perusahaan lain untuk sisa 15 persen, yang bisa memberikan Barca penghasilan 400 juta euro lainnya.
Hal itulah yang menurut penulis di Barca Universal, Aaryan Parasnis, membuat Barca bisa merekrut pemain dan mendaftarkannya. Tebas juga pernah menuturkan bahwa 500 juta euro sudah cukup untuk merekrut dan mendaftarkan pemain, dengan aturan FFP di Spanyol.
Gaji
Akan tapi karena Barcelona melebihi batas gaji mereka, maka merajuk pada aturan 1/3 di mana klub pada dasarnya bisa berinves satu euro untuk setiap tiga yang mereka hemat, jika terjadi surplus seperti saat ini dengan penggunaan pengungkit ekonomi.
Aturan yang bisa memungkinkan untuk menghabiskan 1/4 dari uang dan ini sedikit dilonggarkan karena pandemi. Dengan ‘bantuan’ itu, Barcelona bertujuan untuk mencapai titik di mana tagihan upah mereka secara langsung berkorelasi dengan gaji terbatas di bawah aturan La Liga.
Dalam kasus seperti itu, mereka pada dasarnya diperbolehkan untuk berinvestasi 1:1. Satu euro untuk setiap yang mereka hemat, sebab Barca mempertahankan pengeluaran yang direkomendasikan tidak lebih dari 60 persen dari pendapatan klub untuk gaji pemain.
Tak ayal kinerja Mateu Alemany (Direktur Olahraga Barcelona) layak diapresiasi. Dia bisa mendatangkan pemain-pemain top yang diinginkan Xavi hingga Barcelona tetap ada di level top Eropa, klub masih dapat mencari sponsor baru dan aliran pendapatan berjalan.
Pengaturan gaji pemain pun diubah di rezim Laporta. Tidak lagi kelewat batas seperti Bartomeu, penyesuaian gaji saat ini wajib dilakukan demi mengurangi pengeluaran di saat klub masih punya utang besar.
Pandemi membuat situasi memburuk hingga klub menangguhkan atau berhutang gaji ke pemain, sebab banyak pemain tim yang menerima potongan hingga 70 persen gaji agar Barcelona tidak bangkrut.
Gerard Pique, Jordi Alba, Sergio Busquets, Sergi Roberto, Samuel Umtiti contoh pemain yang gajinya dipotong. Dembele pun menerima pengurangan 40 persen dari gaji sebelumnya setelah kontraknya diperpanjang.
Barca saat ini sudah mengurangi pengeluaran dari gaji pemain itu dengan menjual Philippe Coutinho dan Antoine Griezmann, dua nama penerima gaji terbesar. Plus beberapa pemain masuk daftar jual, sudah dijual, dan kembali ke klub setelah masa pinjaman.
Satu-satunya dilema saat ini hanya tentang Frenkie de Jong. Gelandang Barcelona diminati Manchester United dan kedua klub sudah mencapai kata sepakat soal harga, tapi sang pemain ingin bertahan di klub, begitu juga Xavi.
Permasalahannya jika ia memutuskan bertahan sampai bursa transfer ditutup, De Jong harus mau gajinya dikurangi oleh Barcelona. Tak ayal itu jadi dilema besar.