Tuchel Akhirnya Rasakan ‘Tatapan Maut’ Mason Mount

DBasia.news – Gelandang serang Chelsea, Mason Mount merupakan pemain dengan prospek besar untuk menjadi yang terbaik di posisinya dengan talenta yang dimiliki. Usianya baru 23 tahun dan Mount sudah memenangi titel Liga Champions.

Baik di era Frank Lampard atau Thomas Tuchel, Mount pemain andalan di lini serang Chelsea dengan naluri mencetak gol ketika melepaskan tendangan jarak jauh. Sulit bagi pelatih mana pun mencadangkannya.

Tak ayal keputusan Tuchel mencadangkan Mount baru ini, ketika Chelsea kalah 0-1 dari Manchester City mengundang pertanyaan. Mount baru bermain jelang laga berakhir dan Tuchel lebih memainkan Christian Pulisic dan Hakim Ziyech.

Kabarnya, ‘tatapan maut’ yang terkenal diberikan Mount kepada manajer atau pelatih ketika ia tak bermain kembali diperlihatkan kepada Tuchel. Lampard sebelumnya sudah melihat itu.

“Saya ingat setiap kali saya tidak memainkan Mason – dan orang-orang akan mengatakan itu tidak banyak – tetapi matanya ‘membakar Anda’ di ruang rapat begitu saya tidak memilihnya dan itu adalah anak berusia 20 tahun,” tutur Lampard.

“Saya menyukainya karena itu mengingatkan saya pada diri saya sendiri.”

Tatapan itulah yang dirasakan Tuchel ketika baru memainkan Mount di menit 81 kontra City.” Ya, saya mendapatkan tatapan itu dan itu sepenuhnya normal,” tambah Tuchel seperti dikutip dari Mirror.

“Tapi itu masih tetap ada dalam karakter kebaikan Mason dengan menjadi ramah dan respek, jadi tidak ada masalah dengan hal tersebut.”

“Saya mendapatkan tatapan dari mata itu. Saya tahu tatapan itu, tentu saja. Dia (Mount) ada di sini untuk memainkan laga-laga seperti itu, tapi kami sederhananya kurang pelari-pelari.”

Kekurangan pelari-pelari itulah yang membuat Tuchel memainkan Ziyech dan Pulisic dari awal laga ketimbang Mount.

“Kami pikir kami bisa mematahkan garis lebih sering dengan Hakim sebagai kaki kiri di sisi kiri dan mengejar Christian sebagai sisi kanan karena kedatangan Christian di dalam kotak penalti,” tambah Mount.

“Biasanya, dia sedikit lebih ofensif, sedikit lebih seperti seorang pelari daripada Mason dan kami mengharapkan lebih banyak ruang di belakang garis terakhir dan bukan di depan empat bek dari City. Jadi itulah keputusannya.”

“Saya merasa Mason tidak berada di zona 100 persen di mana dia seperti tidak tersentuh, yang biasanya hampir dia lakukan. Jadi kami mengambil keputusan itu dan itu bisa terjadi dari waktu ke waktu.”

“Dia tidak senang tentang itu, tetapi itu tidak akan bertahan lama karena semua orang menyukai Mason – termasuk saya,” urai dia.