DBasia.news – Manajer Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino belum pernah dihadapkan pada situasi sulit seperti yang dialaminya sekarang. Seperti diketahui, Tottenham sudah menelan tiga kalahan beruntun, dua di Premier League dan satu di Liga Champions.
Walau saat ini musim baru masih di periode awal, banyak faktor yang dapat menjadi alasan kuat bagi suprter untuk khawatir. Pahit-pahitnya, Tottenham bisa terlempar dari empat besar Premier League alias zona Liga Champions jika situasi sekarang terus terjadi.
Tekanan sudah mulai dirasakan Tottenham dan juga manajer mereka, Mauricio Pochettino. Rasa frustrasi dengan meluapkan kemarahan kepada awak media menjadi salah satu bukti bahwa situasi di Tottenham memang sedang tidak kondusif.
“Anda tidak menghormati para pemain malam ini yang memperlihatkan kualitas yang lebih baik dari lawan (Inter Milan). Ketika keputusan saya untuk memainkan 11 pemain (di tim utama), Anda harus menghargai keputusan saya karena sayalah manajernya. Sangat menyakitkan mendengarkan ketika beberapa pemain tidak ada di sini dan Anda menilainya demikan,” cetus Pochettino pasca kekalahan 1-2 Tottenham dari Inter di Liga Champions.
Pochettino menyinggung wartawan yang mempertanyakan pemilihan pemainnya, dengan meninggalkan Toby Alderweireld dan Kieran Trippier di London utara. Belum lagi dengan absennya pemain karena cedera: Dele Alli, Hugo Lloris, Moussa Sissoko.
Pembicaraan soal Tottenham – tanpa bermaksud meremehkan – mungkin di masa lalu tidak akan sebesar saat ini. Tottenham dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan pesat dari ‘Tottenham’ yang kita semua ketahui di masa lalu, khususnya sejak Pochettino datang pada 2014 dari Southampton.
Alli, Harry Kane, Christian Eriksen, Erik Dier, Trippier, Son Heung-min, merupakan beberapa nama yang telah dikembangkan dan diorbitkan Pochettino dalam kurun waktu tersebut. Tottenham menyuguhkan permainan hebat dengan filosofi sepak bola ofensif dan menghibur penonton.
Bahkan dalam dua musim terakhir, mereka mampu berdiri tegak di atas rival sekota, Arsenal, dan sukses masuk di zona Liga Champions. Namun di musim ini situasinya berbalik 180 derajat dibanding dua musim sebelumnya. Tottenham menjalani fase terburuk sejak ditangani Pochettino.
“Kami masih percaya satu sama lain. Saya tidak berpikir kami kehilangan kepercayaan diri. Tentu saja, orang-orang berpikir demikian. Namun di dalam ruang ganti pemain, saya bisa memberitahu Anda situasinya tidak seperti itu. Kami percaya tim ini. Ini saatnya menang lagi,” ucap pemain Tottenham, Erik Lamela.
Benarkah demikian, Lamela? Dari apa yang terlihat dalam tiga laga terakhir Spurs, para pemain tampak berada di titik nadir terendah dalam hal kepercayaan diri. Pochettino punya tugas berat memotivasi para pemainnya untuk bangkit karena memang situasi musim ini merupakan situasi terberat yang pernah dihadapinya.
Arogansi Daniel Levy
Daniel Levy
The Guardian pernah menulis dalam artikelnya, menyebut Daniel Levy sebagai iron fist, merujuk kepada kemampuannya menangani bisnis keluar masuk pemain di White Hart Lane. Strategi transfernya terkesan pelit, namun, Levy bisa memberikan keuntungan kepada klub melalui penjualan pemain dengan harga besar ke klub lain.
Caranya menangani tim itu terbilang bagus dari sisi marketing, tetapi tidak di musim ini. Chairman Tottenham itu melakukan blunder terbesar dengan tidak merekrut satupun pemain di bursa transfer musim panas. Ini kali pertama terjadi sejak format Premier League terbentuk pada 1992.
“Saya tidak ingin sarkas dan ironis. Apa yang dilakukan klub, yang sedang diperlihatkan, sangat berani. Mungkin dalam pikiran semuanya mereka akan berkata ‘Oh, Tottenham tidak mendatangkan siapapun’, namun mendatangkan pemain demi karena keharusan? Lebih baik memiliki (apa yang sudah dimiliki),” ucap Pochettino beberapa waktu lalu.
“Situasi ini mungkin terlihat buruk (tidak mendatangkan siapapun) karena persepsi dan juga sejarah sepak bola, tetapi ini keputusan kami – mempertahankan pemain-pemain terbaik dan juga skuat. Ini keputusan berani,” sambungnya.
Apakah Tottenham kini menanggung konsekuensi dari ‘keberanian’ yang dikatakan Pochettino itu? Ya. Di kala pemain-pemain yang sudah ada di klub kehabisan ide mengembangkan permainan, mengalahkan lawan, Pochettino tidak punya opsi tambahan di bangku cadangan. Badai cedera yang dialami tim juga tidak membantunya.
“Manajer berkata dia tidak akan mendatangkan pemain karena hanya keharusan. Apa yang dilakukannya memberi skuat keyakinan besar karena itu menunjukkan bahwa dia percaya dengan kami. Jadi sekarang, kami harus membayarnya dan juga klub atas keyakinan tersebut,” tutur Kane.
Kemudahan berbicara dengan realita yang ada kerapkali tidak sesuai dengan ekpektasi yang diharapkan. Mudah saja bagi Kane berkata klub semakin kuat tanpa pemain baru pasca menang telak 3-0 kontra Manchester United di Old Trafford. Tetapi faktanya, ada ‘faktor X’ yang tidak diperhitungkan Tottenham musim ini.