DBasia.news – Karier kepelatihan acapkali jadi karier berikutnya pemain ketika pensiun. Tapi tidak semuanya sukses.
Zinedine Zidane, Jurgen Klopp, Antonio Conte, dan Didier Deschamps adalah jajaran pelatih yang berstatus sebagai mantan pemain. Dari nama-nama tersebut, tidak semuanya punya cerita sukses ketika menjadi pemain. Namun, keempatnya sama-sama gemilang ketika menjadi juru taktik.
Cerita berbeda dialami Alan Shearer, Diego Maradona, dan Thierry Henry. Meski ketiga berstatus sebagai penyerang andal pada saat masih bermain, namun mereka justru kesulitan membuat tim yang dilatih mencetak gol ke gawang lawan.
Kesamaan dari ketiga penyerang tersebut adalah sama-sama jeblok saat dipercaya menukangi tim. Bahkan, ketiganya pernah punya pengalaman dipecat.
Lantas seperti apa cerita suram Shearer, Maradona, dan Henry ketika menjadi pelatih? Berikut ini kisahnya:
Alan Shearer
Alan Shearer masih memegang rekor sebagai pemain yang paling banyak mencetak gol di Premier League. Legenda Newcastle United itu menorehkan 260 gol. Namun, catatan manis tersebut tidak berlanjut ketika Shearer dipercaya sebagai manajer.
Meskipun tidak pernah benar-benar menyatakan minatnya menjadi manajer setelah gantung sepatu pada 2006, namun, Alan Shearer mewujudkannya tiga tahun kemudian. Ia diangkat sebagai manajer Newcastle pada April 2009 setelah masalah kesehatan menimpa bos permanen, Joe Kinnear.
Saat itu, The Magpies berada di ujung jurang degradasi. Alan Shearer yang diharapkan menjadi sang penyelamat pun memberikan setitik harapan.
Pertandingan pertama Alan Shearer berlangsung tidak sesuai harapan. Newcastle dikalahkan Chelsea.
Pada akhirnya, Newcastle terdegradasi. Newcastle hanya memenangi satu pertandingan dan mengoleksi lima poin dari total potensi 24 pojn.
Setelah musim berakhir, Alan Shearer pun tidak mendapatkan promosi sebagai manajer permanen. Ia banting setir menjadi komentator sepak bola. Pada saat yang bersamaan, Chris Hughton mengambil alih Newcastle dan kembali ke Premier League satu musim berselang.
Diego Maradona
Tidak diragukan lagi, Diego Maradona adalah satu di antara pemain terbaik dalam sejarah sepak bola. Ia membawa Argentina memenangi Piala Dunia 1986. Pada level klub, Maradona memenangi LaLiga dan Serie A.
Namun, fakta sang maestro banyak mengalami masalah pribadi – mulai dari kedisiplinan hingga penyalahgunaan narkoba – menjadi tanda bahaya untuk karier berikutnya.
Diego Maradona ditunjuk menukangi timnas Argentina pada akhir 2008. Meskipun sempat ditekuk Bolivia 6-1, namun Maradona membawa Lionel Messi dan kawan-kawan ke Piala Dunia 2010.
Langkah Albicelestes terhenti pada perempat final usai digerus Jerman empat gol tanpa balas. Diego Maradona pun dibebastugaskan dari pekerjaannya sebagai pelatih.
Saat ini, Diego Maradona menukangi klub Argentina, Gimnasia de la Plata. Dari 20 pertandingan, skuat asuhan Maradona hanya memenangi tujuh pertandingan.
Thierry Henry
Thierry Henry adalah satu di antara pemain asing terbaik di Premier League. Ia mencetak lebih dari 200 gol untuk Arsenal. Ketika pindah ke Barcelona pun, Henry meraih dua gelar LaLiga dan satu titel Liga Champions. Kemudian, ia pensiun di Ney York Red Bulls pada 2014.
Thierry Henry sudah mulai beralih ke dunia pelatihan pada 2015. Satu tahun berselang, ia mendapatkan kepercayaan menjadi asisten manajer di tim nasional Belgia. Saat itu, Henry turut ambil bagian dalam perjalanan Belgia melaju hingga semifinal Piala Dunia 2018.
Rekam jejak tersebut sudah cukup bagi AS Monaco menjadikan Henry sebagai manajer pada Oktober 2018. Rupanya, itu merupakan keputusan yang keliru.
Jalinan kisah Thierry Henry dengan Monaco hanya berlangsung tiga bulan. Ia dipecat pada pekan terakhir Januari 2019.
Thierry Henry membuat AS Monaco terpuruk usai hanya meraih empat kemenangan dalam 20 pertandingan. Sedangkan, catatan kekalahan mencapai 11 kali. Jebloknya lagi, Monaco hanya mencetak 15 gol, namun kebobolan 36 gol.
Setelah sempat menghilang dari peredaran, Thierry Henry muncul kembali dengan menakhodai klub MLS, Montreal Impact. Sejak kedatangannya, klub tersebut meraih satu kemenangan, tiga imbang, dan satu kekalahan.
Masih terlalu dini untuk menilai performa Thierry Henry karena MLS 2020 ditunda akibat pandemi virus corona. Namun faktanya, sebagai pelatih, Henry hanya punya persentase kemenangan 20 persen.