DBasia.news – Kabar simpang siur soal sejarah keberadaan Sriwijaya FC, termasuk siapa saja pemegang saham dari PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) sebagai pengelola tim kebanggaan masyarakat Sumsel, akhirnya membuat penggagas dari take over SFC yang juga merupakan salah satu pemegang saham PT SOM Bakti Setiawan akhirnya angkat bicara.
Kepada awak media di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Minggu (9/9), Bakti Setiawan buka-bukaan soal tim asal Sumsel ini. Ia menceritakan proses take over Persijatim Solo menjadi Persijatim SFC pada Oktober 2005 silam.
Bakti kala itu diminta Gubernur Syahrial Oesman untuk terus menghidupkan Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring pasca PON.
“Saya sebutkan, terobosannya adalah dengan menghadirkan klub sepak bola Divisi Utama, dengan membeli SFC,” ungkapnya.
Hal itu pun terjadi, Sumsel memiliki tim yang turun di kasta tertinggi. Kala itu, Pemprov masih bisa memberikan suntikan dana APBD lewat Yayasan Sekolah Sepakbola. Tapi, kemudian tahun 2008, menteri dalam negeri tidak memperbolehkan lagi APBD mengalir ke tim profesional. Tim yang turun pun harus berbentuk perusahaan (PT).
“Waktu itu saya ingat sekali, menghubungi pak Muddai saat ia masih di tanah Suci Mekkah. Disepakati dibentuk PT SOM, yang kemudian mengelola Sriwijaya FC, dengan pemegang saham pak Muddai, Baryadi, pemda Sumsel melalui Yayasan Sekolah Sepakbola, dan saya sendiri,” ucapnya.
Setelah terbentuk PT SOM, pemilik saham harus mulai menerapkan aturan pemerintah yang tidak boleh lagi menggunakan APBD. Sejak saat itu, tidak ada lagi suntikan dana dari Pemprov sama sekali.
Sriwijaya FC
“Pak Muddai Madang turun langsung, sehingga Sriwijaya FC bisa eksis sampai dengan sekarang. Muddai menjadi penyelamat Sriwijaya FC, karena memang Pemprov tidak bisa lagi atau diperbolehkan berikan dana APBD,” jelasnya.
Komisaris Utama PT SOM Muddai Madang menambahkan, pembentukan PT SOM pada 2008 silam karena tuntutan regulasi yang berlaku kala itu. Klub harus dikelola perusahaan berbadan hukum yang dipatenkan notaris dan Kemenkumham.
Muddai pun membenarkan bahwa pemilik saham PT SOM adalah dirinya, Baryadi, Bakti Setiawan, serta Yayasan Sekolah Sepakbola Sriwijaya (Pemprov Sumsel).
Keberadaan Yayasan Sepakbola Sriwijaya sebagai bentuk penghormatan karena telah berjasa dalam pembelian SFC. Meski tahu betul bahwa yayasan itu sudah tidak bisa lagi memberikan penyertaan modal untuk SFC karena larangan dari Mendagri.
Muddai menekankan bahwa SFC ke depan harus makin profesional. Pihaknya ingin membuat PT SOM menjadi perusahaan publik.
“Untuk menepis gunjingan. Semoga bisa terwujud, kalau sudah perusahaan terbuka, pemilik tidak bisa semena-mena lagi. Namun untuk mencapai itu perusahaan harus dikelola secara profesional dan kinerja baik. Pokoknya nanti tidak ada satu pun yang berpengaruh,” tegas Muddai.