Tidak Hanya Norwich City, 5 Klub Promosi Ini Terdegradasi Dari Premier League Usai Belanja Besar

DBasia.news – Belanja pemain menjadi menu wajib bagi setiap klub untuk menghadapi musim baru, khususnya tim-tim promosi. Mereka akan menghadapi liga dengan tantangan di level berbeda dan butuh skuad yang mendukung demi bertahan di Premier League.

Tak ayal tidak usah heran apabila mereka cukup jor-joran belanja pemain di bursa transfer, kendati level belanja mereka tidak memiliki nominal yang dapat menandingi klub seperti PSG atau Manchester City.

Norwich City misalnya. The Canaries menghabiskan 58 juta poundsterling di bursa transfer untuk merekrut pemain dengan harapan dapat bertahan di Premier League musim ini.

Meski begitu realitas cukup kejam bagi Norwich. Mereka kembali degradasi untuk kali kedua dalam kurun waktu tiga tahun. Itu mengartikan belanja pemain besar-besaran belum tentu menjamin klub promosi bertahan di Premier League. Ada contoh lainnya.

1. Queens Park Rangers (2012-2013)

QPR pernah mengejutkan pentas Premier League pasca promosi ke Premier League dan jor-joran belanja pemain. Bayangkan saja, pemain-pemain seperti Julio Cesar, Park Ji-sung, dan Esteban Granero permain bermain di sana.

Pada musim 2012-2013 juga mereka merekrut Christoph Samba dan total menghabiskan 45 juta poundsterling untuk transfer pemain. Lantas apa yang terjadi? QPR tetap degradasi dan finish di dasar klasemen Premier League – hanya menang empat kali.

Tidak ada pemain yang direkrut berkontribusi besar dan hanya Loic Remy yang cukup bagus. Mark Hughes dan Harry Redknapp gagal menyelamatkan tim dari degradasi.

2. Fulham (2018-2019)

Fulham kembali (lagi) ke Premier League dan masih dilatih oleh Scott Parker, yang juga melatih Fulham setelah mereka degradasi pada musim 2018-2019. Kala itu Fulham promosi ke Premier League dan menghabiskan lebih dari 100 juta poundsterling di bursa transfer.

Aleksandar Mitrovic, Andre Zambo Anguissa, Jean Michael Seri, hingga Andre Schurrle datang ke Craven Cotage. Saat itu Parker menggantikan Slavisa Jokanovic dan Claudio Ranieri sebagai pelatih Fulham.

Dana sebesar itu nyatanya sia-sia bagi Fulham yang akhirnya kembali degradasi. Menarik untuk dinanti apakah mereka akan belajar dari pengalaman tersebut.

3. Aston Villa (2015-2016)

Pasca menjual Christian Benteke ke Liverpool sebesar 40 juta poundsterling, Villa langsung menghabiskan dana mencapai 60 juta poundsterling di bursa transfer.

Mereka yang datang seperti Jordan Ayew, Jordan Veretout, Jordan Amavi, Adama Traore, dan Idrissa Gueye. Semua direkrut Villa di bawah arahan Tim Sherwood. Tampak masa depan cerah untuk Villa.

Tapi bencana terjadi kala Sherwood dipecat pada akhir Oktober dan digantikan oleh Remi Garde. Kendati demikian Villa tetap degradasi dan finish di dasar klasemen Premier League dengan hanya meraih tiga kemenangan.

4. Stoke City (2017-2018)

Stoke City era Tony Pulis terkenal sebagai salah satu tim terbaik dalam bertahan di Premier League. Gaya sepak bola klasik ala Inggris mereka mampu membuat mereka bertahan lama sampai akhirnya degradasi itu datang pada musim 2017-2018.

Paul Lambert gagal menyelamatkan Stoke dari degradasi, meski klub sudah menghabiskan 52 juta poundsterling untuk merekrut Kevin Wimmer, Bruno Martins Indi, hingga Badou Ndiaye. Meminjam Jese Rodriguez dan Kurt Zouma pun tak banyak berdampak kepada mereka.

Pada akhirnya pertahanan rapuh Stoke membuat mereka degradasi. Dalam skuad ada beberapa nama terkenal dari musim sebelumnya seperti Xherdan Shaqiri, Joe Allen, dan Sadio Berahino.

5. Cardiff City (2013-2014)

Klub dari Wales menghabiskan 40 juta poundsterling pasca promosi menggantikan QPR yang degradasi. Malky Makay dan Ole Gunnar Solskjaer menghabiskan sejumlah uang tersebut untuk merekrut pemain.

Pemain-pemain yang direkrut seperti Gary Medel, Andreas Cornelius, hingga meminjam Wilfred Zaha. Tetapi realitas pahit menatap mereka: Cardiff degradasi dengan hanya memiliki 30 poin.