DBasia.news – Gary Neville mengaku pernah membujuk Steven Gerrard untuk gabung Manchester United semasa bermain. Namun ia mendapat jawaban mengejutkan dari legenda Liverpool tersebut.
Gerrard memang sudah menjadi simbol Liverpool. Ia merupakan produk asli akademi yang berevolusi menjadi bintang dan kapten The Reds.
Fakta tersebut nyatanya tak menyurutkan niat Neville untuk membuat pendirian Gerrard goyah. Tugas di timnas Inggris menjadi momentumnya untuk menjalankan misi tersebut.
Neville memang tak secara rinci menjelaskan kapan hal itu terjadi. Namun ia mendapat jawaban yang tak diinginkan.
“Dengan Steven (Gerrard) adalah serangan penuh. Saya ingin dia keluar dari sana (Liverpool),” kata Neville kepada Sky Sports.
“Agar adil, Stevie menjawab bahwa Keluarganya dan dia tidak akan pernah bisa kembali ke Liverpool lagi (jika pindah ke Man United). Itu adalah percakapan yang sangat singkat.”
Penolakan dan alasan Gerrard sangat masuk akal karena Liverpool dan Manchester United memiliki rivalitas yang panjang. Pindah ke Old Trafford akan membuatnya dicap sebagai pengkhianat dan memicu kemarahan fans Merseyside Merah.
Namun Neville menyebut Gerrard sama sekali tak mempertimbangkan tawrannya tersebut. Padahal godaan serupa juga pernah dilakukan John Terry dan mendapat respons yang lebih baik.
“Dia (Gerrard) sangat setia dan fans Liverpool. John Terry mungkin mendapat sekitar sepuluh menit (percakapan) dengannya, tapi saya mendapat sekitar 30 detik,” tambahnya.
Yang tak kalah mengejutkan, Gerrard ternyata bukan bintang satu-satunya yang dibujuk Neville untuk pindah ke Manchester United. Alan Shearer dan Wayne Rooney juga pernah mendapat tawaran serupa.
“Ada dua atau tiga kali itu terjadi di Timnas Inggris, di mana saya berbicara dengan Alan Shearer selama Piala Eropa 1996. Anda tahu, saya berbicara dengannya,” kata Neville lagi.
“Saya lebih junior pada waktu itu sehingga tidak bisa melakukan percakapan serius dengannya. Dengan Wayne Rooney, kami mengobrol sedikit, tetapi dia adalah pemain yang lebih muda sehingga tidak bisa terlalu menekan.”
