DBasia.news – Manajer tim nasional Inggris, Gareth Southgate, dihujani kritik terkait pemilihan eksekutor penalti pada laga final Piala Eropa 2020 melawan Italia. Namun, menurut Daily Mail, keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan matang.
Impian Inggris meraih gelar Piala Eropa 2020 pupus. Menghadapi Italia di laga puncak, The Three Lions kalah dalam adu tendangan penalti.
Inggris sempat di atas angin setelah tendangan Andrea Belotti gagal menjadi gol. Namun, keadaan berbanding terbalik karena Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka mengalami kegagalan.
Akibat kejadian itu, Southgate mendapatkan banyak kritik. Sang manajer dianggap keliru karena membiarkan pemain muda mengambil tendangan penalti.
Apalagi, sang manajer menempatkan Bukayo Saka sebagai penendang kelima. Padahal, eksekutor kelima memiliki tugas yang sangat menentukan.
Pertanyaan besar pun kembali mencuat karena Inggris memiliki eksekutor lainnya yang lebih dewasa. Satu di antaranya adalah Jack Grealish.
Meski demikian, ternyata keputusan Southgate dalam memilih urutan penendang penalti Inggris sudah dipikirkan secara matang. Southgate melalui asistennya, Steve Holland, mengambil data tingkat keberhasilan para pemain Inggris melakukan tendangan penalti pada saat latihan.
Hasilnya, Saka, Rashford, dan Sancho punya nilai yang lebih baik daripada sebagian besar pemain senior Inggris. Tak heran, Southgate memilih memasukkan Rashford dan Sancho sebelum adu tendangan penalti. Sayangnya, yang didapatkan adalah kegagalan.
Akibat kegagalan dalam adu tendangan penalti, Bukayo Saka, Marcus Rashford, dan Jadon Sancho mengalami pelecehan rasial. Tindakan tersebut disayangkan sejumlah pihak termasuk federasi sepak bola Inggris.