DBasia.news – Reputasi Jurgen Klopp sebagai pelatih tak perlu diragukan lagi. Tapi kiprahnya bersama Liverpool kini sedang dihantui oleh siklus tujuh tahunan.
Klopp menjadi manajer pertama yang sukses mempersembahkan trofi Premier League bagi Liverpool. Pria berkebangsaan Jerman itu juga mampu mempersembahkan trofi Liga Champions, Piala dunia Antarklub, Piala FA, dan Piala Liga.
Sabtu (8/10) kemarin, Klopp menandai tujuh tahunnya menangani Liverpool. Namun kondisi The Reds saat ini tidak dalam kondisi baik.
Liverpool masih terseok-seok dari perburuan gelar Premier League. Taktik gegenpressing-nya seolah sudah mulai dipelajari lawan.
Tak heran jika banyak yang memprediksi kebersamaan Klopp dan Liverpool akan segera berakhir. Apalagi jika berkaca dari siklus tujuh tahunan dalam karier kepelatihan pria berusia 55 tahun tersebut.
Sepanjang kariernya, Klopp memang hanya menangani tiga klub. Sebelum Liverpool,ia lebih dulu menukangi Mainz dan Borussia Dortmund.
Menariknya, Klopp selalu meninggalkan klub-klub sebelumnya saat memasuki tahun ketujuh. Ia belum pernah mampu bertahan di sebuah klub selama delapan tahun.
Klopp tentu tak bisa mengelak dengan siklus tujuh tahunan tersebut. Namun ia menegaskan tekadnya untuk bertahan lebih lama di Liverpool.
“Saya dapat memahami bahwa saya pergi setelah tujuh tahun dan sekarang kami berada dalam situasi yang sulit. Namun jika memikirkannya lagi, Anda menyadari situasinya benar-benar berbeda,” kata Klopp dilansir dari BBC.
“Siklus tujuh tahun tidak direncanakan atau karena saya kehilangan energi.”
Klopp pun menceritakan alasannya meninggalkan Mainz dan Dortmund usai tujuh tahun mengabdi. Ia merasa kedua situasi tersebut berbeda dan tidak disengaja.
“Saya adalah seorang manajer di Mainz dan setelah tiga tahun, kami promosi ke Bundesliga. Tiga tahun kemudian kami terdegradasi,” tambahnya.
“Kami mencoba satu tahun lagi dan klub membutuhkan perubahan. Para pemain meninggalkan kami untuk berkarier Bundesliga sehingga mereka membutuhkan awal yang baru.”
Sementara kisah Klopp di Dortmund mirip dengan yang dialaminya sekarang. Sempat membawa Die Borussen ke era kejayaan, ia akhirnya sulit menjaga timnya untuk terus bersaing di level teratas.