DBasia.news – Kedatangan Xavi Hernandez sebagai pelatih anyar Barcelona sempat melahirkan euforia tersendiri di kalangan suporter. Namun pria berusia 42 tahun itu nyatanya tak lebih baik dari pendahulunya, Ronald Koeman.
Barcelona mengumumkan kedatangan Xavi pada awal November tahun lalu. Ia dibajak dari klub Qatar, Al Sadd.
Xavi datang sepekan setelah Ronald Koeman dipecat. Ia punya visi untuk mengembalikan gaya bermain tiki-taka yang sempat memudar.
Usaha Xavi untuk mewujudkan hal itu awalnya tak berjalan lancar. Barcelona masih tampil dan konsisten hingga gagal lolos ke fase gugur Liga Champions dan terlempar ke Liga Europa.
Namun kedatangan sejumlah bintang anyar pada bursa transfer musim dingin menjadi titik baliknya. Barcelona asuhan Xavi secara perlahan mulai bangkit dan meraih kemenangan demi kemenangan.
Barcelona asuhan Xavi bahkan sempat tak terkalahkan dalam 15 laga beruntun di LaLiga. Sebelas laga di antaranya diakhiri dengan kemenangan.
Hasil positif tersebut membuat Barcelona melesat ke peringkat kedua. Peluang mereka untuk meraih gelar juara secara ajaib terbuka kembali.
Barcelona asuhan Xavi juga menegaskan keseriusannya untuk menjuarai Liga Europa. Undian yang kurang menguntungkan tak menghalangi langkah mereka melaju ke perempat final.
Sayang, dua kekalahan atas Eintracht Frankfurt dan Cadiz dalam waktu kurang dari sepekan terakhir mengubur mimpi Barcelona tersebut. Barcelona tersingkir dari Liga Europa dan kini nyaris mustahil menjuarai LaLiga.
Kekalahan 0-1 atas Cadiz terjadi pada laga ke-30 Xavi memimpin Barcelona. Dari jumlah tersebut, rekornya adalah 16 kemenangan, 8 kali imbang, dan 6 kekalahan.
Persentase kemenangan Xavi dalam 30 laga perdananya hanya menyentuh angka 53,33 persen. Nilai tersebut membuatnya menjadi pelatih dengan persentase kemenangan terendah pada periode tersebut (30 laga awal) sejak Charly Rexach pada 2022.
Sebagai perbandingan, persentase kemenangan Koeman di 30 laga awal menyentuh angka 58,21 persen. Pelatih berkebangsaan Belanda itu lebih baik dari Koeman.
Statistik ini memang tidak bisa menjadi tolak ukur kesuksesan Xavi di Barcelona. Namun yang bersangkutan kini sadar bahwa jalan untuk mengembalikan kejayaan klub asal Catalan itu masih sangat terjal.