DBasia.news –“Better Call Saul”. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, artinya adalah “Lebih Baik Memanggil Saul”. Drama televisi populer di Amerika Serikat itu membahas perjalanan pengacara kriminal bernama Saul Godman. Analogi penamaan judul tersebut bisa diidentifikasikan dengan pentingnya peran Saul Niguez di era baru timnas Spanyol.
Satu golnya membuka mata publik, terutama di antara kalangan fans Spanyol. Saul berlari dari lini tengah dan mengamati baik pergerakan Rodrigo, sengaja memperlambat laju larinya. Di saat ia melihat Rodrigo melepaskan umpan silang mendatar, di saat itulah Saul berlari dan menendang bola tanpa mampu diantisipasi kiper Inggris, Jordan Pickford.
Gol Saul menyamakan kedudukan setelah sebelumnya Inggris membuka keunggulan via gol Marcus Rashford. Golnya itu memotivasi Spanyol hingga akhirnya berbalik menang 2-1 atas Inggris di ajang Liga Negara Eropa. Gol Saul memunculkan pertanyaan “Ke mana saja dia selama ini?”
Begitulah nasib Saul: diabaikan oleh Vicente Del Bosque di Euro 2016 dan hanya menonton Spanyol di bangku cadangan saat rekan setimnya berjuang di Piala Dunia 2018 (pada era Julen Lopetegui dan Fernando Hierro).
Saul Niguez
Kedatangan Luis Enrique memberikan berkah tersendiri bagi pemain berusia 23 tahun. Enrique berekperimen merombak Spanyol yang sudah tak lagi diperkuat David Silva, Andres Iniesta, dan Gerard Pique. Saul menjadi kunci permainan Spanyol di lini tengah bersama Sergio Busquets dan Thiago Alcantara.
Dia (Saul) impresif ketika Spanyol mengambilalih permainan dan saat menyerang, dan ketika dibutuhkan dia bisa mengambil kontrol permainan dan menjauhkan Inggris (dari bola). Tanpa bola, dia membantu merapatkan ruang di lini tengah dan memenangi penguasaan bola,” tulis kalimat dalam artikel yang dimuat Marca soal Saul.
Sudah saatnya memang Saul memegang peran penting dan menjadi bagian utama dalam generasi Spanyol terkini. Ia sudah bekerja keras untuk mendapatkan posisi bermainnya saat ini di La Furia Roja – julukan timnas Spanyol.
“Saya telah bekerja keras dalam jangka waktu panjang di dalam tim untuk memiliki kesempatan seperti ini dan setelah dua tahun di timnas, saya ingin memanfaatkan tiap menitnya (Saul bermain),” tegas Saul dalam pernyataan yang seolah mendeklarasikan bahwa dirinya akan jadi pemain tengah andalan Spanyol.
Pemain Multifungsi
Saul Niguez
Saul sepanjang kariernya pernah bermain sebagai bek tengah, penyerang, gelandang kiri, kanan, tengah, gelandang bertahan dan juga serang. Kala dipinjamkan Atletico Madrid ke Rayo Vallecano pada musim 2013-14, Saul berperan sebagai bek tengah.
Hal itu membantunya dalam insting bertahan, memudahkan Diego Simeone (pelatih Atletico) dalam menjalankan filosofinya di klub: rapat dan kuat ketika bertahan, efisien kala menyerang. Saul, yang memulai debut dengan Atletico pada 2012 di usia 17 tahun, sudah dijajal di seluruh posisi di lini tengah oleh Simeone.
Di antara peran kedua sisi sayap atau tengah permainan, Saul lebih dapat memaksimalkan potensinya ketika ditempatkan sebagai gelandang box to box – seperti perannya kini di Spanyol. Kemampuan fisiknya dapat membantu tim ketika bertahan, dan insting menyerangnya dapat menjadi solusi alternatif tim mencetak gol.
Pemain kelahiran Elche, 21 November 1994 pernah menjadi perbincangan besar di Eropa ketika ia meliuk-liuk melewati satu-empat pemain Bayern Munchen di Liga Champions 2015-16 dan menceploskan si kulit bundar, membawa Atletico ke final.
Sejak momen tersebut, pemberitaan soal Saul naik-turun karena ia memang pemain underrated yang jarang masuk lini masa media Eropa. Namun di mata fans, pemain, dan pelatih Atletico, Saul merupakan kapten masa depan tim. Barangkali, fans timnas Spanyol juga merasakan hal yang sama saat ini.