DBasia.news – Kemunduran performa Real Madrid terjadi pada musim 2018-19 setelah menjuarai tiga titel Liga Champions beruntun.
Tidak hanya perjalanan Sergio Ramos dkk kandas di Liga Champions dan Copa del Rey, lalu kalah dalam perebutan titel LaLiga, Madrid juga mengalami tiga pergantian pelatih dari Julen Lopetegui, Santiago Solari, hingga Zinedine Zidane (periode kedua).
Ketiganya memasuki pertandingan, tantangan, dan persaingan yang berbeda di beberapa fase musim 2018-19. Namun dari ketiganya, jika membandingkan persaingan di LaLiga, Lopetegui paling parah dan Zidane ada di antara Solari dan Lopetegui.
Merunut catatan statistik dari AS, Solari paling sukses dengan raihan 37 poin (72 persen dari poin-poin yang dapat diraih) dalam 17 pertandingan. Semenjak menggantikan Lopetegui, Solari mampu meningkatkan performa tim di beberapa aspek.
Eks pemain Madrid medio 2000-2005 itu mampu mencadangkan sejumlah nama-nama top dan memercayakan pemain muda untuk bermain. Selain itu, Solari juga membawa Madrid juara Piala Dunia Antarklub.
Solari dipecat pada awal tahun 2019, namun, perolehan poinnya itu cukup untuk membawa Madrid ke zona Liga Champions. Sementara Lopetegui hanya meraih 14 poin (46 persen) dalam 10 laga sebelum dipecat.
Situasi yang dihadapi Lopetegui lebih pelik, sebab ia datang dari timnas Spanyol dan tidak diberi cukup waktu mempersiapkan tim, khususnya setelah Piala Dunia 2018. Di tengah proses adaptasi, Madrid mengalami inkonsistensi bermain.
Lalu, ketika Zidane datang kembali untuk melatih klub di periode kedua, fans berharap sang legenda dapat membangkitkan kembali tim yang dibawanya juara tiga kali beruntun Liga Champions.
Kendati demikian, kondisi Madrid sudah tidak ideal ketika ia datang karena mereka tak lagi punya target untuk dikejar. Hilangnya motivasi itu sulit dibangkitkan oleh Zidane. Alhasil, Zidane hanya meraih 17 poin (51 persen) sepanjang 11 pertandingan.
“Di tim seperti Real Madrid, sulit menjaga motivasi ketika Anda tahu tidak akan memenangi trofi. Apalagi dalam beberapa momen di setiap pertandingan,” kata Zinedine Zidane.
“Meski begitu, ini normal. Semua pemain Real Madrid bersikap profesional. Kami akan berusaha mengakhiri musim pada posisi tertinggi.”
Sulit diakui bahwa perolehan poin itu bahkan tak cukup membawa Madrid finish di zona Liga Europa. Wajar apabila fokus manajemen, fans, dan Zidane kini teralihkan ke bursa transfer musim panas 2019.
Mengusung misi kebangkitan, Madrid diprediksi akan melakukan belanja transfer jor-joran di musim panas ini dan secepatnya melupakan buruknya musim 2018-19.