DBasia.news – Kebanyakan manajer atau pelatih-pelatih non Inggris yang melatih di Inggris mengalami syok budaya atau benturan budaya dengan Boxing Day, pertandingan atau laga-laga setelah Hari Natal.
Pep Guardiola hingga Jurgen Klopp pernah mengeluhkannya. Klopp menyoroti risiko bahaya untuk pemain hingga mereka rawan cedera karena kelelahan di Periode Sibuk selama Desember.
“Kami tidak berlatih, kami pulih dan memiliki sesi di mana kami mencoba untuk membentuk tim. Boxing day adalah pertandingan yang luar biasa, tetapi tanggal 26 dan 28 sama sekali tidak mungkin. Ini adalah lelucon mereka masih melakukannya. 29? Baik-baik saja.” papar Klopp.
“Ini benar-benar berbahaya bagi para pemain – itu tidak benar. Semua orang mengharapkan kami untuk menang – ini benar-benar sulit tetapi malam ini saya tidak peduli.”
Namun Rangnick berpikir berbeda. Sosok yang kerap dijuluki profesor hingga guru gegenpress itu baru akan merasakan melatih klub di Boxing Day. Rangnick ditunjuk di tengah musim ini melatih Manchester United menggantikan Ole Gunnar Solskjaer.
Passion Rangnick akan sepak bola datang kala ia masih kuliah di Inggris dan sempat berkarier di sana. Rangnick memberikan pendapatnya soal Boxing Day yang sudah menjadi budaya di Inggris, serta bercanda membawa nama Ratu Elisabeth.
“Saya telah menonton sepak bola Premier League selama 40 tahun terakhir, jadi ketika itu juga Divisi Pertama, dan saya tahu tradisi seperti apa bermain sepak bola selama Natal dan pada Boxing Day, tanggal 27, 30 dan bahkan Tahun Baru pada 2 Januari,” ucap Rangnick di MUTV.
“Jadi jika seseorang menemukan ide untuk menghapus (itu) maka kita mungkin juga berbicara tentang menghapus teh pukul lima atau Ratu atau apapun – ini semua adalah bagian dari tradisi negara ini dan saya sangat menantikannya untuk menjadi bagian dari ini untuk pertama kalinya dalam karier saya.”
Kendati demikian, Rangnick tetap meminta ada perubahan pada sepak bola Inggris dengan memberikan saran lima pergantian pemain di tengah pandemi virus corona, hingga penghapusan Piala Liga. Dia menilai satu turnamen di satu negara, selain liga, sudah cukup.
“Di masa depan apakah masih masuk akal untuk memiliki dua kompetisi piala? Semua liga besar Eropa lainnya hanya memiliki satu jadi ini mungkin menjadi masalah yang layak dibicarakan lagi dan, tentu saja, kami juga mendiskusikan bahwa masuk akal untuk memiliki lima pemain pengganti, bukannya tiga seperti sekarang di kala COVID,” tambah Rangnick.
“Alasan lima pergantian pemain dilakukan karena COVID, sekarang situasi COVID lagi dan kami masih memiliki 18 pemain di lembaran pemain tim. Bagi saya, masuk akal untuk dapat mengganti tidak hanya tiga, tetapi lima pemain,” urai dia.