Profil Marcus Thuram, Putra dari Legenda Sepak Bola Prancis

DBasia.news – Menjalani karier profesional di bawah bayang-bayang kesuksesan nama besar ayah tidaklah mudah. Lihat saja perjalanan karier Enzo Zidane dan Ianis Hagi, dua contoh putra dari ikon sepak bola dunia Zinedine Zidane dan Gheorghe Hagi.

Karier mereka sebagai pesepak bola profesional masih panjang dan ada potensi berkembang, namun sejauh ini ke mana pun mereka pergi perbandingan dengan sang ayah selalu jadi pemberitaan publik, apalagi Hagi dan Zidane belum masuk kategori pemain sukses.

Itu baru dua contoh. Masih ada nama putra-putra legenda sepak bola lainnya seperti Federico Chiesa, Justin Kluivert, Erling Haaland, Giovani Simeone, Daley Blind dkk. Satu nama lainnya yang baru-baru ini mencuri perhatian adalah Marcus Thuram.

Cukup amati nama belakangnya maka Anda akan menyadari bahwa dia adalah putra legenda sepak bola Prancis Lilian Thuram. Lilian Thuram pernah menjadi rekan setim dan kompatriot Zinedine Zidane di Prancis, namun beberapa waktu lalu nama ‘Thuram’ menjadi hantu untuk Zizou.

Tepatnya di laga kedua grup Liga Champions antara Borussia Monchengladbach kontra Real Madrid di Borussia-Park, Rabu (28/10) dini hari WIB. Marcus Thuram menambah tekanan kepada Zidane kala ia mencetak dua gol sebelum dibalas gol Karim Benzema dan Casemiro (laga berakhir 2-2).

Hasil itu memastikan Madrid tanpa kemenangan di dua laga pertama Liga Champions setelah sebelumnya kalah 2-3 dari Shakhtar Donetsk. Miguel Angel Lara menulis di Marca dengan judul “Inilah Marcus Thuram: Putra Lilian dan mimpi buruk untuk Real Madrid.”

Liga Champions memang acapkali jadi panggung pemain untuk mempopulerkan namanya dan Marcus Thuram melakukannya. Beberapa hari setelah ia dihadang penjaga keamanan stadion yang tidak mengenalinya sampai Marcus mencari informasi dirinya sendiri di Google dan memperlihatkannya, Marcus dua kali menjebol gawang tim peraih 13 titel Liga Champions.

“Tentu saja terasa menyenangkan mencetak dua gol pertama saya di Liga Champions melawan Real Madrid. Tapi saya akan lebih suka jika kami meraih tiga poin,” ujar Thuram dikutip dari laman resmi UEFA.

“Real Madrid adalah salah satu tim terbaik di dunia dan kami seharusnya tahu bahwa mereka akan mengerahkan segala cara. Kami harus belajar dari pengalaman ini.”

“Kami bisa puas dengan dua poin dari dua pertandingan, tapi kami juga tahu poinnya bisa saja lebih. Kami akan mengambil hal-hal positif dari laga malam ini dan semoga hasil kontra Shakhtar akan berbeda.”

Ayahnya adalah salah satu bek terbaik dunia dengan kemampuan membaca permainan, disiplin dalam bertahan, lugas dan sukses dengan timnas Prancis serta bermain di level klub bersama Monaco, Parma, Juventus, dan Barcelona dari medio 1991-2008.

Sang anak memilih posisi bermain berbeda: penyerang. Marcus dibandingkan dengan Anthony Martial dalam posisi penyerang sayap: lincah, cepat, direct dalam permainannya, plus Marcus punya kelebihan sosok tubuh yang lebih besar hingga kuat secara fisik.

Setidaknya itulah yang terlihat saat ini dari Thuram bersama Borussia Monchengladbach. “Dia penyerang yang cepat, kuat, dan berbahaya yang sangat cocok di skuad kami, dan kami yakin dia akan berhasil di Bundesliga,” tutur Max Eberl, Direktur Olahraga Gladbach soal Marcus.

Jalan Thuram sudah benar bermain untuk Gladbach saat ini. Mengingat usianya baru berumur 23 tahun, masih ada jalan cerah bagi pemain kelahiran Parma, 6 Agustus 1997 itu untuk dipanggil timnas dan sukses di Eropa.

Kendati demikian perjalanan kariernya di awal tidaklah mudah bagi Marcus Thuram. Lilian Thuram memiliki dua anak, Marcus dan Khephren Thuram, keduanya jadi pesepak bola profesional. Khephren (19 tahun) berposisi sebagai gelandang dan kini membela Nice.

Lilian sedianya tak mau kedua anaknya mengikuti jejaknya sebagai pesepak bola profesional, bahkan mendorong mereka untuk mencoba suka olahraga lain seperti judo dan anggar, namun pada akhirnya Marcus dan Khephren mengabaikannya dan tetap bermain sepak bola.

Awalnya tidak mudah bagi Marcus menjadi pesepak bola profesional, sebab kebiasaannya dalam mengkonsumsi junk food (makanan cepat saji) menghentikan impiannya itu. Namun situasi perlahan berubah sejak masuk akademi Sochaux dan pindah ke Guingamp pada 2017.

Meski sempat merasakan degradasi dari Ligue 1, aksi Marcus dengan posisi penyerang sayap yang cepat dan lincah mampu menarik atensi pemandu bakat klub-klub Eropa hingga ia direkrut Gladbach pada 2019.

Pada musim perdananya dengan Gladbach Marcus menorehkan total 14 gol dan memberikan sembilan assists dari 39 laga. Bersama Alessane Plea dan Breel Embolo ketiganya menjadi trio andalan Gladbach dengan peran bermain berbeda.

“Saya percaya bahwa Marcus masih jauh dari akhir perkembangannya. Masih banyak lagi yang akan datang darinya. Marcus adalah pesepak bola yang mendapat banyak manfaat dari fisik dan perawakannya,” tutur pelatih Gladbach Marco Rose.

“Dia juga seorang teknisi yang baik, yang selalu bisa menghadapi situasi yang sulit di ruang sempit,” tambah Rose.

Nama Marcus diberikan oleh Lilian dengan makna khusus karena lilian mengagumi aktivis HAM (Hak Asasi Manusia) Marcus Garvey. Thuram memang telah menjadi aktivis HAM dalam memperjuangkan hak-hak manusia dan memerangi rasisme usai gantung sepatu.

“Jika saya pergi ke stadion dan orang-orang tidak menyukai saya, itu justru membuat saya ingin berbuat lebih banyak. Ketika fans menghina saya, itu justru membuat saya semakin bergairah,” ucap Marcus.

“Mereka mengingat nama saya dan itu normal jika menjadi target mereka. Saya memakai nama (Thuram) itu dengan bangga dan tidak merasakan tekanan karena itu,” urai dia.