DBAsia News

Profil Jonathan David Sang Wonderkid Dari Kanada

DBasia.news – Sepak bola Kanada memiliki prospek masa depan cerah. Mereka memiliki Alphonso Davies yang bersinar dan berkembang pesat dengan Bayern Munchen di usia 20 tahun, serta satu nama yang ada dalam buku pantauan pemain pemandu-pemandu bakat klub Eropa. Dia adalah Jonathan David.

Jonathan David saat ini bermain di Lille dan perjalanan klub berjuluk Les Dogues musim ini (2020-2021) bak berusaha mengubah mimpi jadi kenyataan. Siapa sangka klub arahan Christophe Galtier tengah berada di jalan untuk mengakhiri dominasi PSG (Paris Saint-Germain) di Ligue 1?

Di liga yang kerap diejek sebagai ‘Farmer League’ atau ‘Liga Petani’ karena dominasi PSG yang dinilai bisa dengan mudah juara Ligue 1 setiap tahunnya karena kekuatan uang dan pemain mereka, Lille muncul sebagai kandidat juara bersama dengan PSG, AS Monaco, dan Olympique Lyonnais.

Sampai pekan 34 Ligue dan menyisakan empat laga lagi persaingan kian memanas. Lille ada di urutan satu (73 poin) diikuti PSG (72 poin), Monaco (71 poin), dan Lyon (67 poin).

Kehadiran Lille cukup menarik, sebab tidak banyak pemain terkenal dalam skuad mereka. Galtier memiliki kombinasi pemain muda-senior yang cukup menarik.

Mereka yang berpengalaman seperti Jose Fonte, Burak Yilmaz, dan Jeremy Pied digabungkan dengan pemuda-pemuda berbakat seperti Renato Sanches, Timothy Weah, dan Jonathan David.

Renato Sanches sudah terkenal karena kiprahnya di Portugal dan Bayern Munchen, begitu juga Weah yang merupakan putra legenda sepak bola George Weah, namun nama yang disebut terakhir (David) cukup menarik dibahas.

Sudah Merantau di Usia Muda

Lahir di Brooklyn, New York, Amerika Serikat pada 14 Januari 2000, David lahir dari orang tua yang berasal dari Haiti. Dia pindah ke Haiti kala masih berusia tiga bulan dan pada umur enam tahun David bersama orang tuanya bermigrasi ke Ottawa dari Haiti.

Di usia 11 tahun David mengejar mimpi jadi pesepak bola professional dan bergabung dengan klub lokal Ottawa Gloucester. David bukan sosok ‘kacang lupa kulit’ saat menetap di Ottawa, sebab ia selalu mengingat Haiti. Dia mengambil pilihan berbeda ketika Haiti lebih banyak memiliki pemain hoki es ketimbang pesepak bola.

“Saya masih memiliki banyak kasih sayang untuk Haiti karena dari sanalah keluarga saya berasal dan di sanalah saya dibesarkan,” kata David kepada Guardian pada 2020. “Ketika saya pindah ke Kanada, yang saya tahu hanyalah kehidupan di Haiti; budaya dan cara hidup.”

“Itu tidak mudah – pergi ke suatu tempat yang Anda kenal dengan baik hingga yang tidak diketahui membutuhkan sedikit waktu untuk beradaptasi.”

“Kemana pun Anda pergi pada awalnya selalu sulit. Tetapi orang tua saya melakukannya agar kami memiliki lebih banyak keamanan dan peluang. Itu adalah pengorbanan yang harus mereka lakukan dan saya bersyukur untuk itu.”

David terus mengasah kemampuannya di Ottawa hingga ia dipantau oleh pemandu bakat klub Belgia, Gent dan diboyong ke Belgia pada 2017.

David seorang diri pindah ke Belgia untuk merantau demi mengejar mimpi, serta ia juga harus bersabar menanti berumur 18 tahun agar bisa berlatih dengan Gent sesuai aturan dari FIFA.

“Saya jauh dari rumah dan itu bisa menakutkan karena Anda tidak tahu apa yang ada di sisi lain,” imbuh David. “Tapi saya tahu bahwa ini adalah pengorbanan yang harus saya lakukan jika saya ingin menjadi pemain profesional.”

“Ketika saya pindah ke sini, saya harus menjadi seorang pria karena saya hidup sendiri. Saya tahu keluarga saya hanya berjarak satu panggilan telepon, tetapi saya harus menemukan solusi untuk masalah saya sendiri.”

Perlahan berkembang dengan Gent, David menjalani musim terbaiknya pada 2019-2020 dengan catatan 23 gol dan 10 assists, dan bahkan hampir menyingkirkan AS Roma di 32 besar Liga Europa. Performanya bisa lebih baik jika sepak bola tak berhenti ketika pandemi virus corona menyerang dunia.

Pada Desember 2020 secara mengejutkan ibunya, Rose meninggal dunia dan David diperbolehkan Gent pulang kampung. Kabar itu membuatnya tertekan, namun mempertebal kekuatan mental dan determinasinya.

Penerus Tradisi Lille

Satu musim yang baik sudah cukup mengangkat nama Jonathan David hingga klub-klub seperti Arsenal, Chelsea, Tottenham Hotspur, mengincarnya. Dengan ambisinya bermain di Premier League David sebelumnya diprediksi main di Inggris.

“Saya ingin menjadi salah satu penyerang terbaik di dunia. Itu tujuan saya. Premier League adalah yang terbaik di dunia dan paling kompetitif, jadi jelas itu adalah tempat yang ingin saya mainkan di masa depan,” tambah David.

Akan tapi takdir berkata berbeda, belum saatnya bagi David bermain di Premier League. Alhasil pada musim panas 2020 Lille mengamankan servisnya sebesar 32 juta euro dari Gent.

“Kami sangat bangga hari ini menyambut Jonathan David, talenta hebat yang telah menunjukkan di usia mudanya semua potensi dan kualitasnya di Liga Belgia,” papar CEO Lille Marc Ingla.

“Dia adalah pemain dengan tidak hanya kemampuan fisik dan teknis yang hebat, tetapi juga kualitas mental, yang membuatnya sangat waspada, gesit, dan menentukan.”

Keputusan David tidak salah. Lille terkenal sebagai salah satu klub di Eropa yang jago mengembangkan bakat pemain muda dan kemudian menjualnya dengan harga tinggi.

Mereka yang pergi dengan banderol besar seperti Nicolas Pepe, Thiago Mendes, Rafael Leao, Victor Osimhen, Yves Bissouma, dan Sofiane Boufal. Tidak perlu melihat banderol besarnya, cukup melihat bagaimana mereka berkembang ketika bermain di Lille sudah jadi hal yang positif untuk David.

“Ini adalah tim yang sangat bagus dengan pemain-pemain hebat. Saya ingin bermain dan berkembang dan saya pikir ini adalah tempat yang tepat,” ujar David soal Lille.

Mengisi pos yang ditinggal Osimhen ke Napoli, David bermain sebagai gelandang serang dan juga penyerang kedua. Pada posisi itu David memaksimalkan talenta yang dimilikinya dari segi kecepatan, akselerasi, teknik bermain, dribel bola, hingga penyelesaian akhir.

David bukan ‘produk’ yang telah berakhir. Lembaran baru dalam karier pemain berusia 21 tahun baru dimulai. Kelak David bisa menjadi tulang punggung timnas Kanada dan bisa saja mewujudkan impiannya bermain di Premier League.

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?