DBasia.news – Permainan ofensif, menghibur penonton, dan identik dengan penguasaan bola, selalu menjadi ciri khas permainan tim yang diasuh Pep Guardiola. Gaya bermain itulah yang menjadikannya sebagai pelatih top Eropa.
12 tahun menjalani karier kepelatihan, Guardiola mulai melatih Barcelona B (2007-08), Barcelona (2008-2012), Bayern Munchen (2013-2016), dan kini melatih tim yang sudah dilatihnya selama tiga tahun, Manchester City.
Pengagum sepak bola ofensif ala total football Johan Cruyff itu mampu mengombinasikan permainan apik timnya dengan raihan trofi. Kendati demikian, ada sedikit pertanyaan mengenai karier kepelatihannya.
Tiap kali Guardiola melatih tim, ia cukup beruntung karena pemilik-pemilik klub mau mengabulkan keinginannya untuk merekrut sejumlah pemain tertentu. Baik itu di Barcelona, Bayern, hingga kini dengan Man City.
Contohnya bisa dilihat di tahun 2017, tepatnya setelah bursa transfer musim panas. Man City menghabiskan 130 juta poundsterling untuk memperkuat sisi sayap pertahanan dengan membeli tiga bek.
Dana itu habis untuk membeli Kyle Walker, Benjamin Mendy, dan Danilo. Investasi itu memang membuahkan kesuksesan dua titel Piala Liga dan satu Premier League. Namun juga memunculkan teori: Guardiola selalu mendapatkan hal yang diinginkannya.
Guardiola belum pernah merasakan ujian ketika membangun tim dengan skuat seadanya. Teori itu pun semakin kuat setelah Presiden Bayern, Uli Hoeness, berbicara soal keinginan Guardiola yang selalu dikabulkan Sheikh Mansour, pemilik Man City.
“Teman saya, Pep, memberitahu saya apa yang terjadi ketika dia ingin mendatangkan pemain seharga 100 juta euro. Dia mengumpulkan sejumlah video pemain dan terbang untuk bertemu Sheikh (Mansour),” tutur Hoeness, dikutip dari Marca
“Ketika bertemu, mereka makan sembari menyaksikan video dari Pep, kemudian Sheikh mentransfer uang dan di hari berikutnya, dia telah mendapatkan dana yang dibutuhkan,” lanjutnya.
Pemilik klub kaya raya bisa jadi akan selalu memenuhi keinginan Guardiola tiap kali ia menginginkan pemain baru. Akan tapi ada konsekuensi yang bisa ditanggung dari pembelajaan besar-besaran itu.
Pasalnya, UEFA, selaku Federasi Sepak Bola Eropa, memberlakukan aturan FFP (Financial Fair Play) untuk mencegah adanya kekuatan yang dominan karena kekuatan finansial mereka yang timpang dengan klub-klub lainnya.