DBAsia News

Pesepak Bola Profesional Kini Dipaksa Menjadi Robot

DBasia.news – Menjadi pesepak bola profesional tidak mudah belakangan ini. Selain ancaman pandemi virus corona yang membayangi, para pemain juga “dipaksa” terus tampil. Mereka tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Pemain sepak bola di Eropa mulai mengeluhkan padatnya jadwal dalam beberapa musim terakhir. Bahkan, pada musim ini, meskipun tidak mendapatkan waktu libur akhir musim seperti biasanya, tetapi jadwal pada awal putaran sudah sangat padat.

Para pemain menghadapi tiga pertandingan dalam satu pekan. Kacaunya, pertandingan tersebut adalah membela tim nasional dan klub. Itu artinya tidak ada waktu istirahat yang cukup.

Selain itu, FIFA juga memunculkan ide membuat Piala Dunia menjadi dua tahun sekali. Adapun, UEFA telah membuat komptisi baru yakni UEFA Conference League. Para pemain pun mulai buka suara.

“Kami tidak bisa banyak bicara. semakin dikit perhatian yang diberikan kepada pemain. Akan tiba saatnya pemain akan meledak,” tegas penggawa Barcelona dan tim nasional Spanyol, Sergio Busquets.

Apa yang dikhawatirkan Busquets memang berpeluang menjadi kenyataan. Pemain yang bukanlah robot menjadi rentan cedera jika terus tampil dalam waktu berdekatan.

“Saya pikir itu sangat sulit. Anda harus duduk mengevaluasinya. Anda harus melihat dari banyak poin dan pandangan, bukan hanya menginginkan lebih,” kata sang gelandang.

Sebelumnya, Toni Kroos juga memberikan pernyataan keras untuk FIFA dan UEFA. Menurutnya, organisasi sepak bola hanya menjadikan pemain alat meraup keuntungan.

“Dengan kompetisi yang diciptakan, para pemain hanyalah boneka untuk FIFA dan UEFA. Kompetisi baru seperti UEFA Nations League dan ekspansi Piala Dunia Antarklub dibuat hanya untuk memaksimalkan keuntungan dan mereka mendorong para pemain ke batasan fisik baru,” ujar penggawa Real Madrid itu.

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?