DBasia.news – Apa pembeda Bali United dengan tim-tim kuat lain di Liga 1 2019? Adalah suporter. Berkat dukungan positif dari suporter setianya, Bali United yang memiliki materi tangguh, semakin tak tertandingi.
Pulau Dewata seakan bangkit dengan kehadiran Bali United. Bila dulunya Bali pernah bergairah dengan adanya Gelora Dewata, kini Bali United yang bisa menggairahkan kembali.
Tercatat Bali United menduduki peringkat ketiga, jumlah penonton yang hadir di setiap pertandingan. Rata-rata, jumlah penonton di satu pertandingan mencapai 16.945 penonton.
Bali United hanya kalah dari Persija Jakarta dan PSS Sleman. Itu pun bukan karena suporter Bali United tak mampu. Tercatat saat laga lawan Arema FC, Persib Bandung, Persebaya Surabaya dan Madura United, ada ribuan suporter yang kehabisan tiket.
Para penggawa Bali United juga kerap dapat perlakuan istimewa dari masyarakat Bali. Ada yang dapat gratisan saat makan, ada yang di diskon dan sederet bantuan lain, yang membuat mereka terpacu setiap kali bertanding.
Hebatnya, selama musim ini, Bali United hanya sekali terkena sanksi yang melibatkan suporter. Sanksi itu saat ada suporter Bali United yang menyalakan flare, dalam laga lawan Kalteng Putra di Bantul.
Selebihnya, tidak ada lagi, terutama di kandang. Bahkan, belum pernah ada insiden dengan suporter tamu, meski selalu ribuan orang yang datang. Saat tandang pun, suporter Bali United cukup ramah.
Situasi ini berbeda dengan Madura United, Tira Persikabo, Persipura Jayapura dan Borneo FC yang sejak awal jadi kompetitor berat Bali United. Jumlah rata-rata penonton Tira Persikabo per laga hanya 5.738 penonton, Persipura hanya 3.523, Borneo FC hanya 3.171 penonton dan Madura United hanya 3.356 penonton.
Situasi Persipura bisa dimengerti, lantaran mereka harus bermarkas di Tenggarong dan Sidoarjo, karena Stadion Mandala sedang direnovasi. Tapi Tira Persikabo, Borneo FC dan Madura United? Mereka main di kandang dan dukungan suporter tak maksimal, seperti Bali United.
Chief Executive Officer (CEO) Bali United, saat berkunjung ke rumah dinas Gubernur Bali, pernah mengakui bahwa suporter jadi elemen penting bertumbuh kembangnya Bali United. Masyarakat Bali terbiasa untuk menjaga citra wisata, hingga itu terbawa ketika jadi suporter.
“Sangat merugikan ketika banyak klub dapat sanksi partai usiran atau tanpa penonton. Bukan hanya merugikan klub secara keuangan, tapi karena urusan 20 penonton, yang kena imbasnya 20 ribu penonton. Kami berharap kedewasaan suporter ini bisa terjaga selalu,” terang Yabes Tanuri.
Pengakuan ini bukan saja datang dari manajemen. Pelatih Bali United, Stefano Cugurra, pun turut mengamini ketika suporter jadi salah satu modal timnya juara. Dalam situasi apa pun, suporter Bali United tak pernah memberi tekanan berlebihan pada para pemain.
“Suporter Bali United tidak ada tekanan ke pemain. Cuma support pemain saja. Di beberapa pertandingan saat kita dalam posisi kalah, kita bisa bangkit karena tidak ada tekanan, hanya support saja. Itu bantu pemain untuk bangkit dan akhirnya kita bisa menang,” jelas Teco.
Bila situasi ini bisa terjaga terus, bukan tak mungkin Bali Unied akan merajai Liga 1 2020. Apalagi ada deretan amunisi berkualitas yang membuat Bali United siap membagi skuat, saat Liga 1 dan kompetisi AFC.