Pasca Ditinggal Sir Alex Ferguson, Ini 9 Kesalahan Terbesar Manchester United

DBasia.news –  Dari delapan laga Premiere League yang sudah dilaksanakan, Manchester United berada selisih dua poin dari zona degradasi dan di urutan 12 klasemen. Penampilan Manchester United dalam laga ini dinilai sangat menurun drastis.

Di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer, United tak punya permainan yang jelas dan transfer pemain yang mereka lakukan jauh dari kata efisien – meski punya uang banyak. Alhasil, United berada di level semenjana.

Sejak Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013, dinasti Man United perlahan runtuh. Selama enam tahun terakhir inkonsistensi United terus terjadi di kala Liverpool dan Manchester City meningkat. United pada akhirnya kesulitan meraih trofi Premier League dan bahkan tak bisa konsisten ada di zona Liga Champions.

Menilik catatan dari Express, ada sembilan kesalahan terbesar yang dilakukan United sejak Ferguson pensiun dan memberikan titel Premier League ke-20 untuk klub. Berikut ulasannya:

1. Menunjuk David Moyes

Man United butuh manajer juara dengan pengalaman besar untuk menjaga kejayaan klub. Tapi, Ferguson memilih kompatriotnya, David Moyes, sebagai suksesor dan ini salah.

Pasalnya, meski Moyes menjaga keseimbangan Everton selama 11 tahun melatih di san (2002-2013), level kepelatihannya tidak terlalu mencolok. Moyes tidak pernah meraih trofi dan pada akhirnya dipecat sebelum musim 2013-14 berakhir.

2. Transfer Marouane Fellaini

Pada era Moyes, Man United merekrut Marouane Fellaini sebesar 27 juta poundsterling – ketika harga aslinya sebesar 22 juta poundsterling. Semenjak saat itu, Man United jadi tim yang tidak efisien dalam membelanjakan uang mereka di bursa transfer.

3. Rekrut Pemain-pemain Top Eropa

Transfer Man United sudah mulai tidak beraturan. Alih-alih merekrut pemain muda yang berpotensi jadi bintang, mengombinasikan mereka dengan pemain-pemain senior berpengalaman, United justru memilih jalan lain.

Seakan menjadi Chelsea, Real Madrid, dan Manchester City, Man United menghamburkan banyak uang untuk merekrut Angel Di Maria dan menggaji tinggi Radamel Falcao (dipinjam dari AS Monaco). Keduanya pada akhirnya tak bisa tampil sesuai ekspektasi di United.

4. Duet Schneiderlin-Schweinsteiger

Di era Louis van Gaal, Man United punya dua pivot (gelandang jangkar) di lini tengah: Morgan Schneiderlin dan Bastian Schweinsteiger. Publik berharap keduanya bisa bekerja dengan baik. Tapi, era keemasan Schweinsteiger telah berakhir dan Schneiderlin tak tampil bagus (keduanya juga akhirnya hengkang ke klub lain).

5. Rekrut Henrikh Mkhitaryan

Merekrut Henrikh Mkhitaryan pada 2016 memicu ketegangan antara direksi United dengan Mino Raiola, agen Mkhitaryan. Raiola acapkali mengkritisi United di depan awak media dan membuat pemberitaan negatif.

6. Gaji Tinggi Alexis Sanchez

Didatangkan dari Arsenal pada Januari 2018, Alexis Sanchez tak dapat memberikan performa terbaiknya untuk Man United. Sudah tidak tampil bagus, gajinya pun sangat besar: 400.000 poundsterling per pekannya.

Gaji besar dan performa yang tidak sesuai ekspektasi membuka asumsi publik, bahwa United mengimingi janji gaji besar bagi pemain-pemain top Eropa agar mau gabung klub (bukan lagi karena sisi prestisius klub).

Sanchez kini dipinjamkan ke Inter Milan tanpa opsi beli di akhir musim.

7. Rekrut Fred

Bukti betapa butuhnya United akan sosok Direktur Teknik. Merekrut Fred dengan harga 52 juta poundsterling, namun sampai saat ini gagal memberikan performa terbaik, menjadi bukti bahwa United tidak efisien di bursa transfer.

8. Tidak Mendukung Jose Mourinho

Hanya karena Jose Mourinho mengkritisi kebijakan manajemen di depan awak media, plus performa tim yang menurun di musim 2018-19, klub memilih tidak mendukung Mourinho di bursa transfer. Permintaannya soal bek tengah tak dituruti.

The Special One memang bukan manajer terbaik dari segi permainan yang ditampilkan United, namun dalam saat ini, ia sosok terbaik karena pengalaman dan statusnya sebagai pelatih top Eropa. Mourinho telah membuktikannya dengan membantu United memenangi Liga Europa, Piala Liga, di musim pertamanya melatih klub.

9. Mempermanenkan Kontrak Ole Gunnar Solskjaer

Ole Gunnar Solskjaer ditunjuk menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018. Legenda United itu memenangi 14 laga dari 17 pertandingan hingga klub mempermanenkan kontraknya pada Maret, meski Solskjaer pada awalnya hanya dikontrak hingga akhir musim.

Uniknya, sejak ditunjuk jadi manajer permanen, performa United malah semakin anjlok drastis dan saat ini, ironis, Solskjaer terancam dipecat.