Nostalgia Piala Dunia

DBasia.news – Suksesnya Korea Selatan yang berhasil melaju jauh di gelaran Piala Dunia 2022 terus diiringi dengan sejumlah kontroversi. Puncaknya terjadi saat melawan Spanyol di babak perempat final.

Korea Selatan benar-benar memanfaatkan status tuan rumah dengan maksimal. Taeguk Warriors mencatatkan sejarah sebagai wakil Asia pertama yang mampu menginjakkan kaki di semifinal.

Korea Selatan melakukan hal itu dengan cara yang sulit dipercaya. Mereka mampu mengalahkan tim-tim unggulan seperti Portugal, Italia, dan Spanyol.

Korea Selatan tampil superior sejak fase grup. Tim asuhan Guus Hiddink sukses menjadi yang terbaik di grup D dengan rekor dua kemenangan dan satu hasil imbang serta tanpa terkalahkan.

Tak tanggung-tanggung, Korea Selatan membuat Portugal pulang lebih cepat usai mengalahkannya pada laga terakhir fase grup. Amerika Serikat akhirnya menjadi pendamping dengan status runner up.

Kejutan Korea Selatan kemudian berlanjut pada babak 16 besar. Mereka secara dramatis mampu mengalahkan Italia dengan skor 2-1 lewat golden goal Ahn Jung-Hwan.

Banyak pihak menilai kemenangan Korea Selatan atas Italia sangat berbau kontroversi. Kepemimpinan wasit menjadi sorotan utama karena dianggap terlalu menguntungkan tuan rumah.

Saking kontroversialnya, Byron Moreno selaku wasit yang memimpin pertandingan tersebut masih terus diingat sampai saat ini. Pengadil berkebangsaan Ekuador itu memang membuat sejumlah keputusan aneh seperti memberi kartu kuning kedua Francesco Totti karena dianggap diving, menganulir gol Damiano Tommasi, hingga membiarkan permainan keras para pemain Korea Selatan.

Namun puncak kontroversi dari superioritas Korea Selatan pada Piala Dunia 2002 sejatinya terjadi setelah itu. Laga kontra Spanyol pada babak perempat final yang dipimpin oleh wasit Mesir bernama Gamal Ahmed Al-Ghandour menghadirkan banyak keanehan.

Dalam laga yang berlangsung di Gwangju World Cup Stadium, Korea Selatan mendapat dukungan penuh suporternya. Namun Spanyol tetap diunggulkan karena memiliki deretan bintang-bintang papan atas seperti Fernando Hierro, Carles Puyol, Rubén Baraja, Joaquin Sanchez, Luis Enrique, hingga Fernando Morientes.

Spanyol menunjukkan status unggulan tersebut di atas lapangan. Tim asuhan Jose Antonio Camacho mengurung pertahanan Korea Selatan dan menciptakan banyak peluang emas.

Sayang, penyelesaian akhir yang dilakukan para pemain Spanyol cukup buruk. Ketangguhan Lee Won-jae di bawah mistar Korea Selatan juga berperan penting membuat skor 0-0 bertahan hingga jeda.

Sebuah kontroversi terjadi saat babak kedua baru berjalan empat menit. Wasit menganulir gol Spanyol yang tercipta dari bunuh diri Kim Tae-young.

Berawal dari skema tendangan bebas, terjadi duel udara yang melibatkan Kim dan dua pemain Spanyol. Bola kemudian menyentuh bahunya dan mengarah ke gawang sendiri.

Namun wasit menganulir gol tersebut karena dianggap Kim dilanggar oleh dua pemain Spanyol yang mengapitnya. Tidak ada protes berlebihan yang dilakukan para pemain La Furia Roja.

Usaha Spanyol untuk memecah kebuntuan tak kunjung membuahkan hasil. Justru Korea Selatan yang sempat balik mengancam meski masih mampu diamankan oleh Iker Casillas di bawah mistar.

Skor 0-0 tetap tak berubah hingga babak kedua berakhir. Laga terpaksa dilanjutkan ke perpanjangan waktu.

Pada fase ini, Spanyol sempat mencetak gol lewat sundulan Morientes. Namun wasit kembali menganulirnya karena dianggap bola telah keluar lapangan lebih dulu sebelum Joaquin memberikan umpan silang.

Namun dari tayangan ulang, bola terlihat belum melewati garis gawang. Itu berarti gol yang dicetak Morientes harusnya sah.

Laga kemudian harus diakhiri dengan adu penalti. Joaquin yang tampil impresif sepanjang pertandingan berubah menjadi pesakitan karena menjadi satu-satunya algojo yang gagal mencetak gol sehingga Spanyol takluk dengan skor 3-5.

Selepas pertandingan, para pemain Spanyol langsung mengerubungi wasit Al=Ghandour. Mereka ingin menumpahkan kekesalannya karena harus tersingkir secara tragis.

“Anda bisa melihat dari tayangan TV. Saya tidak ingin berpikir bahwa wasit pergi untuk merampok salah satu tim tetapi gambar berbicara sendiri, jelas wasit tidak mendukung kami,” keluh Puyol.

“Semua orang melihat dua gol yang sangat bagus. Jika Spanyol tidak menang, itu karena mereka tidak membiarkan kami menang.”

Kemenangan atas Spanyol memang memperkuat dugaan Korea Selatan mendapat perlakuan khusus dari wasit. Apalagi situasi serupa juga terjadi saat mereka mengalahkan Italia.

Anehnya, Korea Selatan tampil kurang bertaji saat jumpa Jerman pada laga semifinal. Tanpa adanya keputusan kontroversial dari wasit, mereka takluk dengan skor 1-0.

Korea Selatan juga gagal mengamankan peringkat ketiga karena lagi-lagi menelan kekalahan. Kali ini mereka dipecundangi Turki dengan skor 2-3.

Melempemnya penampilan Korea Selatan usai kemenangan kontroversial atas Spanyol mungkin disebabkan mereka kehabisan bensin. Namun tidak sedikit anggapan yang menyebut karena wasit sudah tidak memberikan dukungan.

Pada peringatan 20 tahun pertandingan tersebut, Marca melakukan wawancara dengan Al-Ghandour atau sang pengadil kontroversial. Ia tetap enggan disalahkan terkait kekalahan Spanyol.

“Orang-orang Spanyol tidak bisa menyalahkan saya atas kekalahan melawan Korea itu karena sebelum akhir pertandingan, mereka memiliki beberapa peluang yang jelas. Mereka bisa saja memenangkan pertandingan sebelum adu penalti,” kata Al-Ghandour.

“Bagi saya hanya ada satu keputusan yang bisa diperdebatkan dan itu adalah gol yang dianulir karena umpan silang Joaquin mungkin tidak keluar dari permainan. Namun kesalahan yang dibuat oleh asisten saya seharusnya tidak diserahkan kepada saya.”