DBasia.news – Manchester United tampil superior atas Arsenal di pecan ketiga Liga Inggris. Bermain di Old Trafford, ‘Setan Merah’ menang besar 8-2. Mantan bek Arsenal, Per Mertesacker, mengungkapkan fakta internal kekalahan The Gunners.
Kejadiannya terjadi pada Agustus 2011 di Old Trafford pada laga awal Premier League 2011-12. Man United, yang masih diasuh Sir Alex Ferguson, menunjukkan performa bintang lima melalui pesta gol yang dilesakkan Danny Welbeck (22′), Ashley Young (28′ dan 90+1′), hattrick gol Wayne Rooney (41′, 64′, 82′ penalti), Luis Nani (67′), dan Park Ji-sung (70′).
Dua gol hiburan dari Arsenal datang dari Theo Walcott (45+3′) dan Robin van Persie (74′). Keadaan semakin parah bagi Arsenal setelah Carl Jenkinson diberi kartu merah oleh wasit di menit 77 hingga tim tamu bermain dengan 10 pemain.
Kekalahan itu jadi salah satu laga bersejarah di Inggris di antara dua rival yang bersaing sengit rebutkan titel Premier League pada awal 2000-an. Bagus untuk diceritakan bagi fans Man United, tapi tidak untuk fans Arsenal.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang dikatakan Arsene Wenger pasca kekalahan itu atau gambaran ruang ganti Arsenal menyikapi hasil yang sangat memalukan itu. Tujuh tahun berlalu dan Mertesacker angkat bicara.
Mertesacker, yang baru datang dari Werder Bremen kala Arsenal dilumat United, menggambarkan ketenangan besar di ruang ganti pemain klub. Kekalahan di Old Trafford itu memberikan gap di antara pemain Arsenal dengan publik, fans dan wartawan.
Guna terhindar dari aura negatif pasca kekalahan, ruang para pemain Arsenal untuk bertemu fans dan media dipersempit. Selain itu, klub juga hanya mengirim mereka yang tidak tertarik kepada media untuk menghadapi sesi konferensi pers atau bertemu dengan pewarta berita.
“Tidak ada perasaan dari tensi, krisis dibiarkan. Tiap hal negatif dihadang – secara harfiah – karena fakta London Colney – pusat latihan Arsenal – tidak menerima fans atau bagian dari media,” cerita Mertesacker, dikutip dari Dailymail.
“Tidak ada interaksi normal di antara pemain dan orang-orang di jalan, arrinya sulit bagi Anda dihadapkan dengan perspektif berbeda, Anda tidak pernah melihat secara langsung seberapa besar klub bagi orang-orang dan jarang Anda berbicara kepada jurnalis.”
“Di Arsenal, hal-hal sepenuhnya berbeda. Mereka tak ingin segalanya fokus kepada satu pemain. Malah, mereka lebih suka mengirim pemain yang tidak terlalu tertarik kepada media.”
Kendati bagus untuk menghindari aura negatif, Mertesacker justru melihat aturan yang diberlakukan Arsenal itu tidak sepenuhnya bagus bagi perkembangan pemain.
“Dalam jangka waktu panjang, mencegah publik mendapatkan akses normal tidak membantu para pemain. Malah, itu menciptakan ruang hampa (vakum – jenjang) di antara mereka. Hidup seperti itu tidak bagus untuk perkembangan seseorang,” tambah Mertesacker, yang bermain untuk Arsenal dari tahun 2011 hingga 2018.