Makna Perayaan Boxing Day Berkurang Karena COVID-19

DBasia.news – Boxing Day merupakan salah satu tradisi yang sudah sangat mengakar di sepak bola Inggris. Namun perayaan untuk tahun ini terganggu dengan masalah virus corona (COVID-19).

Boxing Day merupakan tradisi yang diperingati satu hari setelah Natal. Masyarakat Negeri Ratu Elizabeth diberi kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan identik dengan bertukar kado.

Tradisi ini sudah berjalan selama lebih dari satu abad. Sepak bola yang juga sangat identik dengan Inggris juga tak mau ketinggalan.

Operator kompetisi dari berbagai divisi menggelar pertandingan pada 26 Januari. Hal ini bertujuan untuk memberikan hiburan kepada keluarga yang tengah berkumpul.

Tak sedikit yang berbondong-bondong datang ke stadion langsung. Pertandingannya memang sudah diatur sedemikian rupa agar dua tim yang bertanding berada di daerah yang berdekatan sehingga memudahkan suporter.

Sayang, pengalaman berbeda akan dirasakan pada Boxing Day tahun ini. Sejumlah klub dipastikan tidak ambil bagian karena mengganasnya virus corona varian omicron.

Tiga laga Premier League telah dipastikan ditunda karena masalah ini. Pertandingan yang dimaksud yaitu Wolverhampton Wanderers vs Watford, Liverpool vs Leeds United, dan Burnley vs Everton.

Kasus positif COVID-19 memang tengah meningkat di tiga klub di antaranya yaitu Everton, Leeds, dan Watford. Jumlah pertandingan yang ditunda terancam bertambah setelah skuat Crystal Palace juga diserang virus sejenis.

Padahal Palace dijadwalkan bertandang ke markas Tottenham Hotspur, Minggu (26/12) pukul 22.00 WIB. Sampai berita ini diturunkan, nasib pertandingan tersebut belum diputuskan.

Menurut laporan Daily Mail, ada 25 pertandingan dari empat divisi pada Boxing Day kali ini yang telah ditunda. Nantinya hanya ada 10 laga dari divisi di bawah Premier League yang bisa digelar.

Hal ini tentu sangat disayangkan karena makna perayaan Boxing Day akan sedikit berkurang bagi suporter yang jadwal klubnya ditunda. Apalagi masalah serupa tidak terjadi tahun lalu ketika masa pandemi baru ditetapkan.

Meski begitu, kesehatan memang harus tetap menjadi prioritas utama. Lebih baik sebuah tradisi terganggu ketimbang COVID-19 kian mengganas sehingga membuat situasinya semakin tak terkendali.