Mahrez Buyarkan Pesta Arsenal

DBasia.news – Menyambut pertandingan dengan kepala tertunduk, setelah kalah secara tak adil di Derby Manchester, dan dibayang-bayangi oleh fakta Tottenham sudah mengalahkan mereka tiga kali dari lima pertemuan terakhir, Manchester City dalam tekanan masif.

Pun Anda seolah bisa merasakannya. Spurs yang dikenal dengan start buruknya di bawah Antonio Conte, tampil beda di awal-awal pertandingan yang digelar di Etihad. Man City, meski menguasai sebagian besar bola, terlihat tak meyakinkan dan minim kreativitas.

Kegugupan itu pun semakin memuncak di akhir babak pertama, dua gol cepat bersarang di gawang Ederson hasil blunder pertahanan The Citizens. Meski kemaruk memegang bola dan membombardir gawang Tottenham, pasukan Pep Guardiola turun minum dengan kemasukan gol Dejan Kulusevski dan Emerson Royal.

Akankah terjadi lagi, kisah lama terulang kembali? Mungkinkah Spurs kembali merampas poin dari Man City? Sebuah tim asuhan Conte jarang sekali membuang keunggulan dua gol di paruh kedua pertandingan. Tetapi seperti kata Giorgio Chiellini dulu pernah bilang: “Inilah sejarah Tottenham.”

Manchester City – yang tampil beringas pasca interval – cuma butuh butuh delapan menit untuk menetralkan kedudukan jadi 2-2. Riyad Mahrez lalu seperti mencium baru darah dan menyeret City menguasai pertandingan, menekan Tottenham yang remuk redam di akhir pertandingan.

Bintang Aljazair itu menyempurnakan penampilan memukaunya dengan brace yang memastikan City memetik tiga poin, dan membatalkan pesta Arsenal di puncak klasemen Liga Primer Inggris.

Di malam yang absurd di Etihad Stadium, inilah para pemenang dan pecundangnya…

PEMENANG

Riyad Mahrez:

Winger yang memeluk garis lapangan, melakukan penetrasi lewat giringan-giringan maut, dan tak peduli apa kata haters. Memang benar, Man City butuh lebih banyak yang seperti Mahrez.

Terserah apa kata kalian soal Spurs yang ‘nge-Spurs’ lagi, harus diakui bahwa Mahrez yang memaksa pasukan Conte itu kumat. Tanpanya di starting line-up, City benar-benar minim kreativitas dan

seolah hilang arah. Tak banyak winger yang bisa meniru apa yang dia lakukan secara konsisten di level tertinggi dan mengubah jalannya pertandingan seperti kontra Tottenham.

Selalu skillful dan terlihat mengancam, benar-benar mimpi buruk bagi para pemain bertahan.

Rico Lewis:

City layak diapresiasi karena berhati-hati tak mereduksi Lewis sebagai sekadar pemain penuh hasrat. Kehadiran pemuda lokal seperti dirinya yang mampu menembus tim utama dan menghadirkan sedikit rasa greget yang bukan cuma sekadar kepiawaian teknis robotik a la anak asuh Guardiola sangatlah berharga bagi raksasa Manchester tersebut.

Namun aspek terbaik Lewis adalah bahwa dia mampu mengatasi tekanan menjadi bagian tim utama City, dan itu sangat membuktikan bakat serta mentalitasnya.

Tak cuma merangsek maju dan melepaskan umpan-umpan brilian yang merajut permainan, Lewis juga bisa ‘kerja kasar’ dalam fase bertahan. Bloknya di babak kedua untuk menggagalkan usaha Ivan Perisic yang di semesta lain pasti jadi gol adalah buktinya.

Suatu saat nanti ketika Man City meremajakan skuad mereka, Lewis harus ambil bagian. Bakat yang luar biasa!

Fans Liga Inggris:

Kemenangan untuk Man City adalah pengingat bagi fans Liga Inggris bahwa mereka masih belum keluar dari perebutan gelar juara. Justru sebaliknya, comeback atas Spurs adalah pernyataan genderang perang.

Pun City juga masih harus melawan Arsenal dua kali. Mencoret armada Guardiola dari perbincangan juara di pertengahan musim adalah tindakan gegabah.

Kita bisa saja menyaksikan perebutan gelar juara yang liar nan gila antara City dan Arsenal di paruh kedua musim ini. Dan siapa yang tahu, mungkin Manchester United bakal ikutan.

Yang jelas, siapkan saja popcorn-nya!

PECUNDANG

Ederson:

Menang-kalah itu biasa. Tapi rasa-rasanya Ederson lebih sering ‘kalah’ daripada ‘menang’ akhir-akhir ini.

Gaya bermainnya yang penuh risiko itu memang cocok untuk Man City, tetapi harus ada batasan jelas antara ‘penuh ketenangan’ dengan ‘kurang konsentrasi’. Blundernya yang berujung gol Tottenham harusnya bisa terhindarkan, dan sangat melukai City yang menguasai pertandingan selama 45 menit pertama.

Ironisnya, jangkauan umpan kiper Brasil inilah yang membuatnya jadi penjaga gawang kelas wahid. Alih-alih membuat bek-beknya tertekan, sepakannya yang maha akurat itu bisa menjadi senjata rahasia, apalagi mengingat Erling Haaland selalu siap berlari menyelinap ke belakang lini pertahanan lawan.

Untuk itu, tolong perbanyak umpan lambung terukur dan kurangi operan-operan ngawurnya, ya, Ederson. Sekarang jadi masalah serius karena Man City tidak selalu bisa mengalahkan lawan di hadapan mereka.

Hugo Lloris:

Memang, bukan malam yang bagus untuk para kiper.

Yang membuat Lloris mengkhawatirkan itu bukan blunder-blunder yang ia lakukan, melainkan bahwa Anda tahu dia PASTI blunder setidaknya satu lagi, ini sudah teruji bertahun-tahun. Namun Tottenham masih belum mengurusi masalah ini dan malah membiarkannya memakai ban kapten di bawah mistar gawang. Mungkin memang beginilah cerminan mentalitas mereka.

Selama beberapa tahun terakhir, Lloris sudah tak cukup bagus dan kini hal itu semakin kentara. Tak ada alasan yang menjustifikasi bisa-bisanya ia dikalahkan di gol ketiga City, tapi toh ia tahu ia tak akan dicoret meski konsisten ambyar.

Harus ada yang diubah. Jika Spurs serius ingin jadi tim juara, maka mereka harus segera mengganti kiper dan kapten mereka.

Manchester United:

Kalau sebelumnya hasil imbang melawan Crystal Palace tak terasa seperti sebuah kekalahan, sekarang pasti rasanya beda.

The Red Devils punya peluang untuk menyalip City secara sementara di klasemen Liga Inggris dengan mengalahkan The Eagles, Kamis (19/1) dini hari WIB kemarin, tetapi malah tampil semenjana sebelum dirontokkan oleh perekik brilian Michael Olise di menit berdarah. Sementara itu, Man City sama sekali tidak panik meski main buruk di paruh pertama dan akhirnya mampu mengentaskan Spurs dalam kemenangan yang berpotensi vital.

Andai saja MU menang, City-lah yang tertekan. Tapi MU tidak menang, dan harapan tipis-tipis untuk memasuki perburuan gelar juara seolah hilang seketika. Mungkin, ini belum saatnya untuk mereka.