DBasia.news – Hampir dua pekan lalu, terjadi insiden di Parc des Princes. Saat itu tuan rumah Paris Saint Germain (PSG) kalah 0-1 dari Olympique Marseille pada ajang Ligue 1 musim 2020-2021. Sejumlah pemain terlibat dalam perseteruan. Salah satunya Angel Di Maria. Tiga pemain PSG dikartu merah, sementara dua penggawa Marseille juga diusir.
Di Maria tak termasuk yang diusir. Namun pemain sayap PSG ini kedapatan meludahi bek Marseille Alvaro Gonzalez via rekaman video laga. Komisi disiplin operator kompetisi Ligue 1, LFP, bertindak.
“Di Maria mendapat larangan tampil dalam empat pertandingan,” demikian hasil keputusan Komdis LFP, dikutip dari Batimes.com.ar, Kamis (24/9).
Hukuman itu mulai berlaku pada 29 September. Artinya eks Real Madrid itu masih bisa membela Les Perisiens pada laga kontra Reims.
Duel tersebut berlangsung di Stade Auguste-Delaune II, markas Reims, Senin (28/9) dini hari WIB. Setelahnya sang winger menepi. Nantinya pada 8 November Di Maria bisa kembali bermain untuk PSG di kompetisi terelite Prancis itu.
Sejumlah pemain les Parisien juga merasakan hukuman. Neymar da Silva jr bahkan terkena kartu merah.
Neymar kedapatan memukul kepala Gonzalez. Dalam pernyataannya, bintang asal Brasil itu merasa mendapat hinaan rasis dari sang bek.
Kasus dugaan tindakan rasialisme tersebut, sedang diselidiki. Pada 30 September nanti, Komdis mengumumkan hasil penyelidikan. Sebelum itu, pihak Marseille sudah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Gonzalez tidak melakukan apa yang dituduhkan Neymar. Menurut Marseille, klub mereka menjunjung tinggi persamaan dan menentang rasialisme.
Sejauh ini, bek PSG, Layvun Kurzwa mendapat sanksi terberat. Ia dilarang tampil dalam enam pertandingan lantaran menendang bek kiri Marseille, Jordan Amavi.
Duel PSG kontra Marseille memang selalu panas luar dalam. Mirip duel Ajax kontra Feyenoord atau Barcelona vs Real Madrid. Semuanya mendapatkan label Laga Klasik dalam bahasa masing-masing.
Le Classique tajuk laga PSG kontra Marseille, mempertemukan dua kota terbesar di Paris yang mewakili dua kutub berbeda. Utara versus Selatan, kota pelabuhan yang dipenuhi pekerja kasar melawan pusat pemerintahan sekaligus kota mode dengan pekerja berparfum wangi. Itulah citra yang terbangun dari duel kedua tim ini.
Pertemuan keduanya makin panas sejak awal 1990-an saat Bernard Tapie menjadi pemilik Marseille dan stasiun televisi Canal+ menguasai saham PSG. ‘Perseteruan’ kedua kota beda mazhab ini pun dikukuhkan lewat persaingan di lapangan hijau hingga kini.
Meskipun lebih dahulu mendunia, belakangan Marseille kalah pamor dari PSG yang disokong dana besar dari konsorsium asal Qatar yang dikomandani Nasser Al Khelaifi.