DBasia.news – Krisis di sepak bola Italia benar-benar terlihat nyata di tahun ini (2022). Tidak hanya timnas Italia gagal lolos Piala Dunia dua kali beruntun, klub-klub Serie A juga tidak dapat ‘berbicara banyak’ di turnamen antarklub Eropa.
Di perempat final Liga Champions sudah tidak ada lagi klub yang tersisa, Inter Milan dan Juventus tersingkir di 16 besar. Sementara di Liga Europa Atalanta imbang 1-1 lawan Leipzig di leg satu perempat final, serta Roma kalah 1-2 dari Bodo/Glimt di Conference League.
Inter, Juventus, AC Milan, Atalanta, hingga Roma berpatisipasi di Serie A. Dahulu kala pada medio 1990-an hingga awal 2000-an Serie A menjadi salah satu liga terbaik di Eropa dengan banyaknya bintang yang bermain di sana.
Namun kini situasinya sudah berbalik 180 derajat. Klub-klub Serie A kesulitan bersaing di Eropa dan tak lagi jadi magnet pemain top di Eropa. Mantan pelatih Juventus dan Real Madrid, Fabio Capello menuturkan alasan mengapa sepak bola Italia telah berubah drastis.
“Sepak bola Italia jauh di belakang yang lain. Bola tidak bergerak cepat, wasit terlalu sering meniup peluit. Mereka terlalu sering menghentikan permainan. Setiap duel adalah pelanggaran, jadi tidak pernah ada intensitas,” kata Capello seperti dikutip dari Football-Italia.
“Masalah terbesar adalah pemain terbaik tidak datang ke Italia lagi. Anda tidak akan belajar apa pun jika Anda tidak bertemu yang terbaik. Kami membutuhkan stadion dan infrastruktur,” terang dia.
Prediksi Capello bahkan tidak tanggung-tanggung mengenai waktu kembalinya Italia ke urutan teratas liga top Eropa.
“(Bukan lima enam tahun), bahkan delapan (tahun). Di Italia, semua orang campur tangan. Politisi, asosiasi lingkungan dan sebagainya … untuk sektor pemuda, mereka yang bertanggung jawab harus melakukan perjalanan ke Spanyol di mana mereka bekerja pada teknik, bukan pada taktik,” imbuh Capello.