DBasia.news – Tidak ada yang menyangkal bahwa Harry Kane dan Robert Lewandowski merupakan dua striker terbaik di dunia saat ini. Total jika digabung, mereka mencetak 81 gol musim lalu untuk klub masing-masing.
Kane, kapten Inggris, memenangkan sepatu emas Premier League untuk kali ketiga bersama untuk Tottenham. Sedangkan Lewandowski memecahkan rekor Gerd Muller yang sudah bertahan 49 tahun untuk gol terbanyak dalam satu musim Bundesliga.
Tidak heran jika banyak yang mengharapkan keduanya melanjutkan ketajaman mereka yang luar biasa tersebut ke Piala Eropa 2020. Namun, pada penampilan pertama pada turnamen, performa keduanya jauh dari memuaskan.
“Anda hampir tidak bisa mengatakan kalau Lewandowski bermain atau tidak,” kata komentator ITV Emma Hayes dikutip Eurosport.
Saat Polandia dikalahkan Slovakia, Lewandowski memang nyaris tidak terlihat. Dia hanya melakukan lima tembakan dalam 90 menit, tiga di antaranya diblok dan dua meleset dari target.
Perfoma minor Lewandowski tersebut terjadi 24 jam setelah Kane mempertontonkan salah satu penampilannya yang paling sunyi bersama timnas Inggris. Dalam laga melawan Kroasia, Kane cuma mendapatkan satu peluang. Dalam laga tersebut Kane tercatat hanya melakukan 26 sentuhan, paling sedikit di skuad Inggris.
Tentu saja, tidak bisa menarik kesimpulan hanya dari satu pertandingan. Lagipula, keduanya tidak diragukan lagi masih dalam kategori kelas dunia.
Bagi Kane, perbedaan dari klub dan timnas memang kentara. Dia bahkan baru membuat dua gol dalam 10 penampilan terakhirnya bersama The Three Lions sepanjang 12 bulan belakangan. Ini bertepatan dengan periode gemilangnya untuk Spurs.
Jauh dari sekadar pencetak gol, pemain berusia 27 tahun itu juga mencatatkan assist terbanyak di Premier League musim lalu dengan peran yang sedikit lebih ditarik ke dalam.
Sayangnya ini belum cukup diterjemahkan ke penampilannya untuk Inggris sejauh ini. Melawan Kroasia dia mencoba untuk turun lebih dalam, tetapi sering dijejali oleh rekan satu timnya di posisi itu. Ada yang menyebut Kane sudah terkuras bersama Spurs dengan padatnya jadwal pertandingan.
Masalah Lewandowski tak kalah membuat frustrasi.
“Anda harus memberikan pujian kepada Slovenia,” kata mantan gelandang Belanda Nigel De Jong di ITV. “Tiap kali bola datang ke Lewandowski, dia di kelilingi oleh tiga atau empat pemain.”
Di Bayern, Lewandowski di kelilingi pemain berkualitas lainnya. Kondisi yang membuat pekerjaan Lewandowski lebih mudah, terutama dalam menemukan ruang yang diperlukan dalam permainan tertentu. Tanpa dukungan dari rekan-rekan lainnya, Lewandowski terisolasi.
Bayangkan jika lawan-lawan Bayern memasang dua hingga empat pemain untuk mengawal Lewandowski. Pemain lain macam Leroy Sane, Serge Gnabry, Kingsley Coman, dan Thomas Muller akan bergerak leluasa.
Polandia sayangnya tidak memiliki banyak pemain yang bisa memberi ancaman yang konsisten. Alhasil lawan dapat fokus hampir sepenuhnya untuk mencegah Lewandowski menerima bola.
Pelatih Polandia Paulo Sousa mungkin harus memikirkan kembali pendekatan menyerangnya pada pertandingan mendatang, dengan bekerja lebih keras untuk meregangkan pertahanan lawan untuk membebaskan pemain bintangnya.
Satu hal yang pasti, kedua pemain tak diragukan lagi akan bisa keluar dari kesulitan. Hal ini jika melihat kualitas keduanya. Yang menjadi pertanyaan adalah secepat apa?