DBasia.news – Sepak bola Indonesia masih diselimuti Match Fixing atau pengaturan skor, sebuah kejahatan yang bisa menghilangkan segi sportivitas dalam dunia bal-balan.
Kini, PSSI sebagai regulator sepak bola Indonesia, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi, Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Bola Kepolisian Republik Indonesia, dan stakeholder lainnya bahu-membahu membasmi pengaturan skor sampai ke akarnya.
Masing-masing stakeholder tersebut melakukan langkah jitu untuk memerangi pengaturan skor. Namun, ada satu cara jitu bisa contoh para stakeholder sepak bola Indonesia tersebut untuk memerangi pengaturan skor.
Cara jitu tersebut pernah dilakukan operator kompetisi sepak bola Spanyol, LaLiga. Yakni berkerja sama dengan pihak kepolisian. Akan tetapi, prosedurnya hanya LaLiga yang berkerja sama dengan pihak kepolisian. Tanpa melibatkan Federasi Sepak Bola Spanyol, RFEF.
Langkah ini dianggap jitu karena bisa menghindarkan sanksi FIFA yang melanggar statuta, di mana pemerintah tidak boleh melakukan intervensi terhadap federasi.
Kepolisian Spanyol bisa leluasa memerangi pengaturan skor dalam tindak pidana, misalnya kasus suap yang sasarannya langsung ke klub, pemain, hingga perangkat pertandingan secara personal. Kepolisian Spanyol juga menempatkan pengaturan skor sebagai kejahatan seperti narkoba dan terorisme (ada landasan hukum atau undang-undang pidana).
Tentu saja, pihak Kepolisian Spanyol masuknya melalui LaLiga. Secara organisasi LaLiga merupakan operator berbadan perusahaan yang dibentuk oleh klub (perusahaan), sama seperti PT LIB.
Saya juga kaget tadi pada saat diskusi sedikit tentang pengaturan skor (bersama perwakilan LaLiga), kerja sama itu munculnya dari LaLiga dengan kepolisian langsung, bukan dari federasi,” ujar COO PT LIB, Tigorshalom Boboy.
“Apakah itu bisa kita lakukan di sini? kan kita juga harus ngomong, ada PSSI di sini yang mereka juga punya ini (sepak bola), tapi kalau memang ini menjadi sesuatu yang sifatnya emergency dan referensi yang cukup, mungkin kita juga bisa lakukan itu. Karena kan kita secara badan, secara organisasi, ada independensi itu diberikan kepada kami untuk bertindak bagaimana memprotek ini semua (sepak bola),” tutupnya.