DBasia.news – Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, disebut bisa sukses karena keras kepala dalam menerapkan filosofinya. Pep Guardiola, yang kini menangani klub kaya Liga Inggris, Manchester City, bisa dibilang sebagai salah satu pelatih sepak bola terbaik di dunia untuk saat ini.
Tidak pernah ada yang meragukan kualitas Guardiola sebagai pelatih top Eropa dengan koleksi trofi yang pernah diraihnya. Catatan itu bertambah spesial karena Guardiola meraihnya dengan filosofi sepak bola ofensif dan menghibur.
Guardiola (49 tahun) sudah meraih kesuksesan di tiap klub yang dilatihnya dari Barcelona, Bayern Munchen, hingga Manchester City dengan metode kepelatihannya itu.
Erik ten Hag yang menerapkan filosofi sepak bola yang sama (ofensif) mengagumi Guardiola, namun dalam kariernya ada satu kali kesalahan yang pernah dibuatnya kala mulai melatih Man City pada musim 2016-17.
“Hanya sekali dalam kariernya Pep membuat kesalahan – di tahun pertamanya di Manchester City ketika dia benar-benar meremehkan kekuatan dan kecepatan Liga Primer,” terang Ten Hag dikutip dari Standard Sports.
“Dia menyadari bahwa Anda tidak dapat memainkan jenis sepak bola yang ia cintai tanpa memiliki beberapa atlet yang kuat secara fisik – jadi ia memboyong pemain. Jadi ia bukan pelatih yang keras kepala.”
Tidak keras kepala dan beradaptasi dengan liga tempat timnya bermain, tetapi Guardiola keras kepala ketika berbicara mengenai filosofi sepak bola yang dipercayainya karena itu yang menjadikannya pelatih terbaik di Eropa.
“Ya, dia (Guardiola) keras kepala dalam filosofinya, tetapi tidak dalam eksekusi. Dan itu membuatnya menjadi yang terbaik,” tambah Ten Hag.
“Tidak ada yang akan pernah melupakan Guardiola. Dia telah memenangkan banyak trofi sebagai permulaan – tetapi ini terutama tentang bagaimana timnya bermain. Guardiola hanya ingin memenangkan pertandingan dengan sepak bola yang indah, sama seperti gurunya Johan Cruyff.”
“Dan yang membuatnya menonjol adalah bahwa ia membuktikan kualitasnya sebagai pelatih top di Spanyol, Jerman dan sekarang Inggris. Dia telah beradaptasi dengan budaya di setiap negara,” urai Ten Hag.