Kisah Perjalanan Karier Kasper Dolberg

DBasia.news – Ada yang berbeda di 16 besar Piala Eropa 2020 antara Denmark melawan Wales di Amsterdam ArenA, Sabtu (26/06) malam WIB. Yussuf Poulsen yang biasanya menghiasi starting lineup di lini depan Denmark tak dimainkan Kasper Hjulmand.

Poulsen cedera dan posisinya pada taktik 3-4-3 yang diterapkan Hjulmand digantikan penyerang muda Kasper Dolberg, bersanding dengan Martin Braithwaite dan Mikkel Damsgaard. Denmark sudah mengawali laga dengan baik.

Dengan penuh keyakinan Rob Page, pelatih Wales sebelum laga berkata timnya punya serangan balik terbaik di Eropa. Dari ucapannya itu bisa diambil keputusan Wales akan bertahan dan mengandalkan serangan balik.

Membiarkan Denmark mendominasi penguasan bola berisiko dan itu dibayar mahal Wales dengan kekalahan telak 0-4. Tanpa adanya suporter Wales di Amsterdam Arena semakin sulit bagi Gareth Bale dkk bangkit.

Dua gol dilesakkan Dolberg di menit 27 dan 48, lalu dua gol berikutnya dari Joakim Maehle (88′) dan Martin Braithwaite (90+4′). Wales bermain dengan 10 pemain kala pemain pengganti Harry Wilson menerima kartu merah di menit 90.

Ledakan ‘dinamit’ Denmark menghancurkan pertahanan Wales. Tidak salah Denmark dijuluki Danish Dynamite berkat kesuksesan memenangi Piala Eropa 1992, merujuk kepada permainan yang agresif, pressing, dan berenerji.

Nama Dolberg langsung melesat selepas laga berakhir. Pemain berusia 23 tahun menerima penghargaan Man of the Match dan memang layak menerimanya.

“Saya harus katakan performanya (Dolberg) itu sangat hebat. Saya pikir kami punya striker bintang dalam diri Kasper. Dia tak banyak main tapi saya melihatnya berlatih dengan fit, saya pikir itu memperlihatkan bahwa ia siap tampil klimaks,” ucap Hjulmand memuji Dolberg.

“Kami semua telah menantikan penyerang yang memperlihatkan bahwa dia bisa bermain sebagai penyerang sentral. Dolberg memanfaatkan peluang dengan baik,” tambah mantan striker timnas Denmark, Jan Molby.

“Dua golnya sangat seperti dirinya – tak perlu bertarung masuk kotak penalti, dia hanya berada di area yang tepat dan menyelesaikan peluang.”

Menurut catatan UEFA Dolberg menjadi pemain kedua dari Denmark yang mencetak dua gol di fase gugur Piala Eropa, setelah Henrik Larsen pada semifinal Piala Eropa 1992 melawan Belanda. Performa bintang itu melambungkan nama Dolberg.

Produk Akademi Ajax Amsterdam

Akademi Ajax Amsterdam sudah terkenal seantero dunia sebagai penelur bakat-bakat bertalenta di Eropa. Banyak juga alumni akademi atau nama-nama yang berasal dari Denmark dikembangkan di sana.

Sebut saja seperti Christian Eriksen, Lasse Schone, Viktor Fischer, Nicolai Boilesen, dan Dolberg salah satunya. Tidak heran jika ada benang merah yang menghubungkan Ajax dengan pemain-pemain Denmark.

“Pemain Denmark memiliki mentalitas yang hampir sama dengan orang Belanda. Anda dapat mengandalkan fakta bahwa mereka adalah pemain tim dan juga memiliki kemampuan teknis yang sangat baik ketika mereka masih muda,” tutur agen Dolberg sekaligus mantan pemain timnas Denmark, Jens Steffensen kepada Guardian.

“Tetapi karena persaingan domestik tidak sekuat negara lain, Anda perlu menemukan tempat yang tepat untuk melangkah ke tingkat berikutnya.”

Dolberg diboyong ke akademi Ajax pada 2015 setelah sebelumnya ada di akademi GFG Voel dan Silkeborg IF. Direktur Olahraga Ajax Marc Overmars sudah terkesima melihat trial Dolberg dan langsung ingin merekrutnya.

Semenjak saat itu perkembangan Dolberg meningkat di Ajax. Pemain kelahiran Silkeborg, 6 Oktober 1997 tumbuh di lingkungan yang tepat: menyerap ilmu total football ala Belanda, dilatih sosok legendaris Dennis Bergkamp, dan dikembangkan Peter Bosz kemudian oleh Erik ten Hag.

“Ketika Kasper datang ke Ajax, dia adalah winger kiri. Tapi Marc Overmars mengatakan kepada kami bahwa dia pikir dia bisa menjadi No 9 yang fantastis. Dia menyatukan Bergkamp dan Kasper dan kami telah melihat hasilnya sejak saat itu,” imbuh Steffensen

Diburu Klub Top Eropa

Kala Dolberg mencetak dua gol ke gawang Wales panggung bak sudah disiapkan khusus untuknya. Amsterdam ArenA sudah tidak asing baginya karena ia bermain selama tiga tahun di Ajax (2016-2019).

Dolberg mencetak 33 gol dari 78 kali kans tampil dengan Ajax di Eredivisie. Dolberg juga pernah bermain dengan striker berdarah Indonesia yang kini membela Persib Bandung, Ezra Walian di Ajax U-19 di bawah arahan Gery Vink – keduanya berpisah pada 2017.

Manchester City dikabarkan memantau Dolberg dan juga klub-klub Eropa lainnya kala Dolberg memperlihatkan perkembangan di Ajax.

“Kami mendapat minat dari seluruh Eropa, terutama dari Inggris. Semua klub top di Inggris telah berhubungan – dan juga di Spanyol. Semuanya tergantung pada Ajax,” imbuh Steffensen pada 2017.

“Dia memiliki kontrak dengan mereka hingga 2021 tetapi saya tidak tahu apa yang ingin mereka lakukan. Mereka belum memberi saya indikasi berapa biaya untuk membelinya.”

Pada akhirnya pemain yang pernah disandingkan dengan Marco van Basten, legenda sepak bola Belanda memilih gabung tim Patrick Vieira pada 2019: OGC Nice dengan banderol 20 juta euro.

Dolberg perlahan membangun kariernya di Eropa dan tidak gegabah menuju klub besar di usia muda, persis seperti gambaran Steffensen mengenai kerendahan hati kliennya itu.

“Dia bisa terlihat acuh tak acuh atau bahkan dingin, tapi itu bisa menipu. Ketika dia berada di lapangan dan menghadapi persaingan, dia akan berpikir, jauh di lubuk hatinya, bahwa dia akan mendapatkan yang lebih baik dari lawan itu,” terang Steffensen.

“Kasper adalah orang yang sangat pendiam dan kakinya selalu berada satu meter di tanah (rendah hati). Sangat penting untuk memiliki koneksi ke bumi (tetap rendah hati).”

Ibu Dolberg Kirsten Dolberg merupakan mantan handball profesional di Denmark, ayahnya Flemming Rasmussen suatu waktu pernah melihat putranya bak titisan Van Basten.

“Saya melihat banyak kesamaan dengan Marco van Basten,” katanya Rasmusen kala melihat putranya baru saja memecahkan rekor hat-trick pemenang Kejuaraan Eropa 1988 itu dengan selisih empat menit.

“Jika dia meneruskannya itu tentu saja sangat bagus. Mereka memiliki ukuran yang sama, kecepatan yang sama, dan keduanya memiliki tendangan yang bagus.”

Tidak ada yang tahu seberapa jauh kisah cinderella Denmark berlanjut di Piala Eropa 2020. Tetapi publik sudah mulai membandingkan skuad saat ini dengan tim 1992 dan mereka mulai bermimpi.

Dengan semangat tambahan dan motivasi untuk rekan setim Christian Eriksen yang sempat kolaps karena serangan jantung, Kasper Dolberg dkk akan sangat dinantikan aksinya di Piala Eropa 2020.