DBasia.news – Real Madrid punya sejarah kuat sebagai salah satu klub terbesar Eropa dengan bukti 13 titel Liga Champions – terbanyak di antara seluruh klub Eropa. Besar di Spanyol, El Real selalu jadi klub yang disegani di Benua Biru. Tidak pernah ada yang meragukan kapasitas Madrid untuk meraih trofi tiap musimnya.
Akan tapi tak ada gading yang tak retak, kebesaran nama Madrid juga menyisakan celah dengan cerita tradisi buruk yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Tradisi itu adalah mendepak pemain bintang yang sudah memasuki penghujung kariernya. Ketika bintang yang telah dimiliki Madrid telah berusia 30 tahun atau lebih, namun belum ingin pensiun, klub punya kecenderungan melepas mereka dengan alasan berbeda-beda.
Contoh: Raul Gonzalez, Guti Hernandez, Iker Casillas, Ronaldo (ini Ronaldo-nya Brasil), David Beckham, hingga Cristiano Ronaldo. Mereka semua pergi ketika Madrid sudah ‘memeras’ habis tenaga mereka untuk meraih sukses dan memasuki penghujung kariernya. Memang, belum ada fakta bahwa petinggi Madrid benar mendepak mereka.
Cristiano Ronaldo
Namun, kepergian mereka yang sudah menjadi bagian sejarah Madrid patut dipertanyakan, meski ada juga beberapa legenda yang pensiun di sana seperti halnya Zinedine Zidane atau Alvaro Arbeloa.
“Saya tahu Real Madrid dengan baik dan semua itu masuk hitungan, bahkan untuk Florentino Perez (Presiden Madrid) di klub. Ketika waktunya tiba, mereka membuang Ronaldo-nya Brasil dan David Beckham. Jadi, saya tidak terkejut mereka memperlakukan Cristiano seperti itu juga,” ungkap mantan pemain Madrid pada medio 2006-2008, Antonio Cassano ke La Gazzetta dello Sport.
Sirkulasi di Madrid dan sebagian besar klub Eropa memang demikian. Ketika generasi sudah memasuki akhir dan pemain belum ingin pensiun, mereka akan berupaya melepasnya untuk memberi tempat bagi pemain-pemain muda. Madrid terkenal sebagai klub pengoleksi bintang di masa lalu hingga populer dengan julukan Los Galacticos yang terbagi menjadi tiga edisi Galacticos.
Kepergian Ronaldo bisa jadi mengawali era baru. Ronaldo sudah sembilan tahun bermain di Madrid dan sangat sukses di sana dengan beberapa raihan terbesarnya: empat titel Liga Champions dan empat Ballon d’Or. Dia juga menjadi top skor sepanjang masa klub. Ronaldo telah menjadi bagian legenda Madrid.
Pada usia 33 tahun, Ronaldo memilih hengkang dan bertualang dengan Juventus, meski beberapa pihak menduga dia pergi karena masalah pajak di Spanyol atau cara klub yang tidak memperlakukannya dengan hormat, di mana dia tidak diberikan kontrak baru dengan peningkatan gaji dan klub sibuk membahas potensi kedatangan Neymar sebagai penggantinya.
Nasi telah menjadi bubur, Madrid telah jadi masa lalu Ronaldo, pun demikian publik Madrid yang sudah menganggap Ronaldo sebagai sejarah masa silam. Kehadiran Ronaldo di Juventus memberi peningkatan signifikan di segala aspek: pasar penjualan merchandise, bertambahnya jumlah fans Juventus, hingga hal teknis seperti peningkatan kualitas tim.
Dominasi Juventus
Juventus
Tanpa Ronaldo, Juventus sudah sangat kuat di Italia melalui tujuh raihan Scudetto beruntun dan empat Coppa Italia beruntun. Seiring keberadaan manusia 100 juta plus 12 juta euro yang dikontrak selama empat tahun, Juventus tampaknya akan terus mendominasi Italia jika klub-klub lainnya tidak berkembang.
“Tidak perlu dikatakan lagi, Juventus mengamankan Scudetto hingga 2022. CR7 akan mencetak gol setidaknya 40 gol, sementara saya hanya melihat Inter (Milan) di belakang Bianconeri (yang mampu menyaingi Juventus). Ronaldo akan membayar Juve tidak hanya melalui golnya dan hasil, tapi juga dari sisi ekonomis,” tutur Cassano.
“CR7 dibuat untuk Juve. Dia seperti alien dari segi kebugaran karena dia pekerja keras dan tidak pernah menurunkan temponya. Saya yakin dia akan memiliki hubungan baik dengan (Massimiliano) Allegri, karena Max sangat hebat ketika berurusan dengan para jawara,” tandasnya.
40 gol tiap musimnya. Tidak salah memang Cassano. Sejak bertransformasi peran di bawah asuhan Zidane di Madrid, dari penyerang sayap ke striker sentral, Ronaldo semakin dekat dengan gawang lawan dan menaikkan level ketajamannya ke level yang sangat tinggi. Tingkat konversi golnya sangat tinggi.
Itulah kenapa Madrid sempat dikhawatirkan kesulitan mencetak gol di lini depan tanpa sang penginspirasi atau megabintang dunia tersebut. Namun, belum tentu juga Ronaldo mencetak banyak gol di Juventus, karena sepak bola di Italia berbeda dari Spanyol. Di sana permainan lebih taktikal dan rapat di lini belakang. Tantangan ini yang akan coba dilewati Ronaldo musim ini dan musim-musim berikutnya di Juventus.