Keita Balde Kritik Rasisme Di Spanyol: Orang Kulit Hitam Dihargai Jika Berstatus Bintang

DBasia.news – BaKeita Balde membuka suara tentang masalah rasisme di Spanyol, dengan pemain internasional Senegal itu menyoroti nasib pekerja musiman selama pandemi virus corona.

Striker AS Monaco, yang lahir di Arbucies dan tumbuh besar di Barcelona, memang sejak lama dikenal sering terlibat dalam kegiatan amal.

Balde saat ini mencari sumber akomodasi dan makanan untuk 150 keluarga kulit hitam, yang sebelumnya telah ditolak bernaung oleh hotel-hotel, dengan sang pemain 25 tahun menjelaskan bahwa rasisme masih ada di Spanyol.

Ia tertarik mengutarakan opini setelah menonton video buatan sutradara film, Paco Leon, yang bekerja dengan pekerja musiman, Serigne Mamadou untuk menunjukkan ketidakadilan yang harus dialami kaumnya, selain juga melihat masalah yang dialami para pekerja di Lleida melalui media sosial.

“Kehidupan orang kulit hitam lebih berarti jika nama Anda adalah Keita Balde, tapi jika Anda hanya seorang pekerja paruh waktu di Lleida, kehidupan Anda tidak dihargai,” katanya kepada El Mundo.

“Mungkin mereka tidak mau menyewakan apa pun kepada bocah kulit hitam. Saya merasa harus melakukan apa yang saya bisa untuk menolong.”

“Saya tidak ingin menawarkan kata-kata, saya tidak ingin berbicara, saya menginginkan tindakan nyata. Orang-orang membutuhkan bantuan. Mereka hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi, tidur di jalanan di antara kotak-kotak kardus. Mereka bekerja 13 jam sehari untuk penghasilan €25; mereka harus membeli makanan, mencari tempat tinggal untuk tidur, mereka tidak mencuri dari siapa pun.”

“Di Spanyol, kami membutuhkan orang-orang yang bekerja di ladang untuk memetik buah. Kami membutuhkan mereka, namun jika Anda tidak memperlakukan mereka dengan baik…”

Balde juga merogoh koceknya untuk membayar akomodasi bagi 80 pekerja di Barcelona selama pandemi COVID-19 dan menjelaskan bahwa dirinya harus membalas budi kepada komunitas yang telah membantunya tumbuh sejak saat menjadi pemain muda di Camp Nou.

“Saya telah membantu pembangunan masjid dan sekolah di Senegal, saya telah membantu selama pandemi di Eropa… Saya suka seperti ini,” lanjut eks pemain Inter Milan itu.

“Saya sudah seperti ini sejak masih kecil. Saya seorang anak yang punya hati dan suka berbagi.”

“Saya memberikan pakaian dan sepatu yang Barcelona berikan kepada saya, kepada orang-orang di lingkugan saya tinggal.”

“Uang adalah salah satu masalah di dunia ini, itu membuat orang terkotak-kotak. Jika Anda kaya, maka Anda dihargai. Jika tidak, maka Anda bukan siapa-siapa.”

“Kita hidup dalam masyarakat yang sudah tercemar akan hal tersebut. Nilai asli seseorang telah hilang, itu menyedihkan.”

“Saya dulunya bahagia, ketika saya tidak punya uang. Dan saya pun sekarang tetap bahagia.”