Keampuhan Gegenpressing Milik Liverpool

Liverpool

DBasia.newsLiverpool untuk kali pertama sejak musim 1990-91 menyapu bersih lima laga awal Premier League dengan kemenangan. Usai mengalahkan West Ham United (4-0), Crystal Palace (2-0), Brighton & Hove Albion (1-0), dan Leicester City (2-1), kini giliran Tottenham Hotspur yang menjadi korbannya.

Jika di musim lalu Tottenham keluar sebagai pemenang dengan skor 4-1, kali ini Liverpool yang pulang dengan membawa tiga poin melalui dua gol yang dicetak Georginio Wijnaldum dan Roberto Firmino. Satu gol balasan Tottenham baru lahir jelang laga berakhir melalui gol yang dicetak Erik Lamela.

Tottenham menelan dua kekalahan beruntun setelah sebelumnya takluk 1-2 dari Watford. Permainan mereka di laga ini pun jauh dari intensitas yang biasa ditampilkan anak-anak asuh Mauricio Pochettino. Barangkali, ada pengaruh laga yang dimulai lebih awal (siang hari di Inggris) dengan akumulasi keletihan tingkat tinggi pemain Tottenham, yang kurang beristirahat pasca Piala Dunia 2018.

Mencari kambing hitam dari kekalahan tersebut memang mudah. Akan tapi, permainan Liverpool patut diapresiasi. Mereka bermain dengan bijak, cerdas, dan tahu bagaimana mencari anti-tesis permainan Tottenham.

Pengusaan bola yang kalah 39 berbanding 61 persen tuan rumah tidak menggambarkan bagaimana pertandingan sesungguhnya berjalan. Liverpool – atau mungkin Jurgen Klopp – tahu bahwa Tottenham akan mengambil inisiatif serangan, menguasai bola, dan coba mengurung pertahanan Liverpool sejak awal laga.

Dari situlah Tottenham sebenarnya sudah masuk ke dalam ‘zona’ permainan Liverpool. Sistem gegenpressing atau high pressing (tekanan tinggi) yang dibarengi serangan balik langsung diterapkan pemain Liverpool dari lini belakang, tengah, dan depan.

Tekanan yang dilakukan Liverpool, khususnya oleh James Milner, Naby Keita, dan Georginio Wijnaldum di lini tengah, memaksa Eric Dier, Moussa Dembele, hingga Kieran Trippier melakukan kesalahan dalam melakukan operan yang justru mengawali serangan balik Liverpool.

Dier tercatat tujuh kali gagal mengoper bola kepada rekan setimnya. Satu back-pass yang dilakukannya bahkan diserobot oleh Mohamed Salah, yang untungnya mampu diantisipasi oleh Michel Vorm, kiper Tottenham yang jadi penampil terbaik di laga tersebut untuk tim tuan rumah.

Gegenpressing yang Langsung Mengarahkan Liverpool ke Pertahanan Tottenham

 

Liverpool vs Tottenham


17 tendangan dan 10 di antaranya tepat sasaran. Sedangkan Tottenham yang menguasai bola hingga 61 persen, hanya mampu melepaskan tiga tendangan dari 11 percobaan tendangan.

Kebanyakan tendangan yang dilakukan Liverpool berada di dekat area hingga di dalam kotak penalti. Hal ini terjadi karena permainan gegenpressing. Saat Liverpool mampu mencuri bola dari penguasaan Tottenham, mereka sudah berada di sepertiga pertahanan Tottenham dan langsung berhadapan dengan pertahanan mereka.

Itulah kenapa Liverpool terlihat lebih tajam ketika menyerang dibanding Tottenham yang seolah harus melewati satu-dua lapis pertahanan Liverpool. Para pemain Tottenham tidak diberi kebebasan mengembangkan permainan.

Ketika Liverpool menyerang, mereka melakukannya seperti badai besar yang datang dengan dua full-backs yang naik membantu serangan (overlap), gelandang yang turut melakukan penetrasi, hingga aksi individu Mo Salah, Sadio Mane, dan Firmino – yang pantas disebut pemain terbaik Liverpool.

Firmino khususnya. Kontribusi striker asal Brasil tidak hanya dilihat dari jumlah golnya, melainkan kerja kerasnya dalam membantu tim bertahan dan mengejar lawan untuk merebut bola. Jerih payahnya itu membuahkan gol dalam memanfaatkan miskomunikasi lini belakang Tottenham.

Pertahanan Liverpool Sangat Solid

 

Liverpool


Terlepas dari gol berkelas Lamela yang mengonversinya dari sudut sempit jelang akhir laga, pertahanan Liverpool bermain solid seperti di empat laga sebelumnya. Klopp telah menemukan stabilitas untuk empat bek Liverpool yang menjadi andalannya.

Andrew Robertson di kiri pertahananan, Trent Alexander-Arnold di kanan pertahanan, dan Virgil van Dijk serta Joe Gomez menjadi tandem di lini belakang Liverpool dan berdiri tegak di depan Alisson Becker.

Gomez melengkapi permainan Van Dijk. Bek asal Belanda punya keunggulan duel bola udara dan fisik untuk berduel merebutkan bola, namun tidak punya pergerakan yang cepat. Di sisi itulah Gomez menutupi Van Dijk dengan kecepatannya berakselerasi dan menekan lawan yang tengah menguasai bola.

Dalam kondisi tersebut, akan sangat sulit bagi Dejan Lovren atau Joel Matip menggeser Gomez untuk jadi starter di lini belakang Liverpool. Gomez memenangi empat duel bola udara, melakukan tiga tekel, sekali memblok bola dan tiga kali menyapu bola.

Sementara Van Dijk dua kali melakukan sapuan bola, dua kali memotong jalur bola lawan, dua kali memenangi duel bola udara, dan dua kali melakukan tekel. Tak heran jika Harry Kane, Christian Eriksen, dibuat mati kutu oleh pertahanan Liverpool yang baru kebobolan dua gol sejauh ini di Premier League.