DBasia.news – Pesepak bola asal Jepang Kazuyoshi Miura dianggap memiliki hidup yang mirip dengan salah satu cerita rakyat di negara asalnya.
Ketika memasuki usia 32 tahun, barulah Sentaro mulai memikirkan kehidupannya. Apabila sebelumnya dia hanya bersenang-senang, kini Sentaro mulai dihinggapi rasa takut akan kematian.
“Aku harus terus hidup, paling tidak sampai aku berusia 500 atau 600 tahun. Ada legenda tentang Putri Yamato yang hidup selama 5000 tahun, pasti ada cara untuk memperpanjang hidup,” ujar Sentaro dalam hati.
Sentaro pun ingat akan cerita yang sering dia dengar pada masa kecilnya, tentang seorang simpanan raja dari China yang datang ke Jepang bernama Jofuku. Disebutkan kalau Jofuku tinggal bersama petapa di Gunung Fuji.
Menurut legenda, Jofuku memiliki “Ramuan Kehidupan” bersama para petapa pengikutnya. Sentaro pun mulai melakukan pencarian terhadap keabadian. Berhari-hari dia mencari Jofuku, berbagai tempat dan gunung didatangi.
Sampai pada akhirnya, Sentaro menemukan kuil yang dibangun untuk menghormati Jofuku. Setelah berdoa di depan patung Jofuku selama tujuh hari, Sentaro pun bertemu dengan Jofuku.
Akan tetapi, Jofuku menolak untuk memberikan “Ramuan Kehidupan” kepada Sentaro. Sebagai gantinya, dia menawarkan Sentaro untuk pergi ke “Negeri Kehidupan Abadi”.
Di sana, Sentaro pun mendapatkan apa yang dia inginkan, keabadian. Setidaknya, Sentaro hidup selama 300 tahun di tempat yang tidak pernah didatangi kematian tersebut.
Cerita di atas merupakan sebuah cerita rakyat Jepang yang dibuat oleh Yei Theodora Ozaki dan terbit dalam kumpulan cerita “The Japanese Fairy Tale” (1908). Cerita tersebut berjudul “The Man Who Did Not Wish to Die“.
Beralih ke Jepang modern, tepatnya di dunia sepak bola, terdapat seorang pria yang sedikit banyak memiliki kemiripan dengan Sentaro. Kazuyoshi Miura yang akrab disapa dengan King Kazu.
Pada umumnya, karier pesepak bola akan berhenti ketika memasuki usia kepala empat. Faktor ketahanan fisik yang tidak lagi prima menjadi alasan.
Setelah gantung sepatu, biasanya nama pesepak bola bakal hilang dari peredaran. Kecuali pesepak bola tersebut sukses sebagai pelatih atau petinggi klub, namanya kerap dianggap “mati”.
Akan tetapi, keputusan berbeda diambil oleh Kazuyoshi Miura. Pria kelahiran Shizuoka tersebut menolak untuk mati, King Kazu tidak ingin namanya hilang begitu saja.
Seperti Sentaro yang berkelana mencari keabadian, Kazuyoshi Miura juga sudah mengembara sejak muda. Kazu sudah pergi ke Brasil untuk menimba ilmu di akademi sepak bola CA Juventus.
Hingga kembali ke Jepang pada 1990, Kazuyoshi Miura sempat membela sejumlah klub Brasil seperti Santos, Palmeiras, dan Coritiba. Kazu pun menjadi langganan di timnas Jepang.
Nama Kazuyoshi Miura semakin meroket setelah pulang ke Jepang. Pria yang kini berusia 52 tahun tersebut membela Verdy Kawasaki sejak 1990 hingga 1998.
Pada musim 1994-1995, Kazuyoshi Miura sempat dipinjamkan ke Genoa dan menjadi pesepak bola asal Jepang pertama yang bermain di Serie A. Kazu mengikuti jejak Yasuhiko Okudera beraksi di Eropa.
Kazuyoshi Miura sempat membela Dinamo Zagreb, Kyoto Purple Sanga, Vissel Kobe, sebelum akhirnya berlabuh di Yokohama FC sejak 2005. Namun, Kazu sempat dipinjamkan ke Sydney FC.
Pada 2017 silam, dua rekor dipecahkan langsung oleh Kazuyoshi Miura. Pertama sebagai pesepak bola tertua yang bermain sekaligus mencetak gol di kompetisi profesional, mengalahkan torehan Stanley Matthews.
Menjelang ulang tahun ke-53 pada 4 April mendatang, Kazuyoshi Miura melakukan gebrakan. King Kazu memperpanjang kontrak selama satu musim dengan Yokohama FC.
Kini, empat dekade sudah Kazuyoshi Miura memperpanjang masa hidupnya di dunia sepak bola. Kazu sudah menemukan keabadian, setidaknya umur kariernya jauh lebih panjang dari pesepak bola kebanyakan.
“Kita tidak berhenti bermain karena kita sudah menjadi tua. Namun, kita menjadi tua karena kita berhenti bermain,” – George Bernard Shaw.