DBasia.news – Persiapan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 terus mendapatkan sorotan miring. Terutama seputar kabar tentang adanya dengan pelanggaran hak asasi manusia. Berita terkini yang mencuat bahkan cukup menghebohkan.
Menurut laporan Amnesty International, ada puluhan pekerja yang terlibat dalam pembangunan stadion untuk event akbar tersebut yang belum mendapatkan bayaran hingga 10 bulan.
Mereka adalah pekerja yang dikontrak oleh Mercury MENA, sebuah perusahaan yang mengerjakan sejumlah proyek terkait Piala Dunia 2022. Termasuk pembangunan Lusail Stadium yang akan dipakai untuk menyelenggarakan pertandingan pembuka dan penutup turnamen itu.
Dalam laporan yang diberi judul “Tidak Dibayar dan Terabaikan: Siksaan terhadap Pekerja Mercury MENA”, Amnesty International menyebutkan perusahaan itu belum melunasi gaji para pekerja mereka yang nilainya antara 1.370-2.470 dolar AS (Rp 20,4- 36,8 juta). Bahkan ada seorang pekerja yang belum dibayar selama satu dekade yang jumlahnya mencapai hampir 25 ribu dolar AS (Rp 373 juta).
“Banyak orang dari seluruh dunia yang memuji, tertawa, dan berwisata keliling stadion, tempat rekreasi, dan hotel yang indah di negara ini. Apakah mereka pernah berpikir kisah apa saja yang terjadi di balik bangunan-bangunan tersebut? Saya kira tidak. Mata-mata yang buta adalah hal yang biasa terjadi di zaman sekarang,” kata seorang pekerja yang dikutip dalam laporan Amnesty International tersebut.
Sebagian pekerja yang dikontrak oleh Mercury MENA berasal dari negara-negara berkembang di Asia seperti Nepal, India, dan Filipina. Bagi para pekerja tersebut dan keluarganya, nilai gaji yang tertunggak itu terbilang besar mengingat biaya hidup di negara-negara mereka sangat rendah, kurang dari 2 dolar AS atau sekitar Rp 30 ribu per hari untuk setiap orang.