Ironisnya GP Italia Tanpa Pembalap Tuan Rumah

MONZA (ITALIA) - 09/09/2012 © FOTO ERCOLE COLOMBO

GP Italia

DBasia.news – Lomba putaran ke-14 Formula 1 (F1) 2018 bakal berlangsung di Sirkuit Monza, Italia, akhir pekan ini. Namun ada fakta ironis dari gelaran lomba ini. Adalah kenyataan pembalap tuan rumah tidak memiliki local hero.

Padahal Italia merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah panjang di F1. Cukup melihat keberadaan tim Scuderia Ferrari yang tercatat sebagai pemegang rekor tim dengan jumlah penampilan terbanyak pada ajang balap jet darat (962 kali).

Musim ini, Ferrari justru menurunkan duet pembalap Jerman-Finlandia: Sebastian Vettel dan Kimi Raikkonen. Praktis, Giancarlo Fisichella merupakan pembalap Italia terakhir yang berlomba dengan mobil Ferrari pada musim 2009. Itupun hanya menggantikan Felipe Massa yang cedera.

Fisichella juga berstatus pembalap Italia terakhir yang sukses menang lomba F1, tepatnya GP Malaysia 2006 (bersama Renault). Lantas siapa juara dunia F1 terakhir dari Italia? Jawabnya lebih lama lagi: Alberto Ascari tahun 1953!

Praktis, Jarno Trulli dan Vitantonio Liuzzi berstatus pembalap asal Italia terakhir yang mendapat tim di F1 musim 2011. Lantas apa alasan negara seperti Italia sulit berprestasi pada ajang yang digelar oleh Liberty Media ini? Berikut analisanya.

1.Kalah Pamor dari MotoGP

Tidak bisa dimungkiri, meski salah satu tim pabrikan F1 berasal dari Italia, Ferrari, pamor olahraga ini kalah jauh dari Kejuaraan Dunia Balap Motor: MotoGP. Faktanya, tidak ada pembalap F1 asal Italia yang berhasil menjadin ikon seperti Valentino Rossi di MotoGP. Kemunduran F1 lantaran alasan tidak menariknya peta persaingan sampai dominasi 1-2 tim juga jadi penyebab. Puncaknya pemuda Italia lebih senang coba peruntungan di MotoGP atau menjadi pesepakbola ketimbang pembalap F1.

  1. Tidak Punya Pembalap Bertalenta

Karena alasan nomor satu, praktis Italia tidak memiliki pembalap formula yang bertalenta. Nama terakhir yang mencuri perhatian adalah Antonio Giovinazzi. Dia sukses menjadi runner-up Formula 3 Eropa 2015 diikuti runner-up GP2 Series 2016. F1 2017, ia sempat diangkat menjadi pembalap penguji Ferrari. Namun musim 2018, ia kembali menganggur. Jelang F1 2019, namanya bahkan tidak difavoritkan mengisi satu tempat di tim utama.

  1. Sulit Cari Sponsor

F1 adalah olahraga mahal. Pembalap bertalenta sekalipun harus merogoh kocek dalam untuk mendapat kursi. Soal pendanaan inilah penyebab, walau berstatus pembalap penguji Ferrari, seorang Giovinazzi gagal dapat kursi di tim utama. “Di negara saya (Italia), sangat sulit mencari sponsor yang ingin membiayai karier di F1,” kata Giovinazzi pada sebuah kesempatan. Oleh karena itulah, Giovinazzi sampai harus disponsori perusahaan makanan cepat saji asal Indonesia saat berkarier di F3 maupun GP2.