DBasia.news – Harry Kane mencetak satu-satunya gol di leg satu semifinal Piala Liga antara Tottenham Hotspur kontra Chelsea di Wembley, Rabu (9/1) dini hari WIB.
Kane mencetak gol pada menit 26 setelah wasit laga, Michael Oliver, berdiskusi dengan wasit yang berada di ruang kontrol VAR (Video Asisten Wasit). Pelanggaran terjadi karena Kane dinilai onside ketika dijatuhkan oleh kiper Chelsea, Kepa Arrizabalaga.
Tanpa keraguan, Harry Kane mencetak gol yang bisa jadi modal positif jelang leg kedua nanti yang akan berlangsung di Stamford Bridge. Kane sekali lagi membuktikan bahwa dia bukan one season wonder, julukan kepada pemain yang hanya tampil bagus di satu musim dan melempem di musim-musim berikutnya.
Semenjak tampil hebat di musim 2014-15, performa dan ketajaman Kane terus meroket. Golnya itu memastikan penyerang berusia 25 tahun setidaknya mencetak 20 gol tiap musimnya menjadi lima musim beruntun – bukti dari konsistensinya yang sangat hebat.
Tidak berhenti sampai di situ, Kane menggenapkan golnya untuk The Lilywhites menjadi 160 gol. Artinya, Kane melewati rekor legenda Spurs pada medio 1958-1968, Cliff Jones, yang mencetak 159 gol dan menjadi pencetak gol sepanjang masa Spurs.
Kane kini ada di urutan tiga pencetak gol sepanjang masa Spurs di bawah Martin Chivers (174 gol), Bobby Smith (208 gol), dan Jimmy Greaves (266 gol). Pada usia yang baru berumur 25 tahun, Kane punya potensi melebihi tiga rekor legenda itu selama dia tidak hengkang ke klub lain.
Menahan kepergian Kane dari Spurs akan menjadi pekerjaan berat jajaran direksi klub. Tantangan itu memang lumrah terjadi di era sepak bola modern, ketika klub-klub besar menggoda loyalitas pemain dengan iming-iming gaji besar dan potensi meraih trofi yang lebih besar.