DBasia.news – Perjalanan karier sama halnya seperti kehidupan manusia: dapat berubah sewaktu-waktu. Dalam hal tersebut, kiper timnas Islandia Hannes (Thor) Halldorsson memiliki rencana terperinci jika kelak pensiun dari dunia sepak bola.
“Saya memiliki satu tahun tersisa di kontrak saya jadi saya belum selesai tetapi saya merasa bahwa akhir sudah dekat,” tutur Halldorsson kepada Sky Sports.
“Saya benar-benar lelah karena tidak mengontrol jadwal saya dan harus berada di suatu tempat setiap sore. Saya pikir itu menghambat saya sebagai pembuat film, jadi saya akan menyambut kesempatan untuk terjun ke industri film dengan kekuatan penuh ketika saatnya tiba.
“Ada lebih banyak pintu yang terbuka dari yang saya kira. Saya ingin memanfaatkannya sebaik mungkin.”
Komentarnya itu menjadi sedikit tips awal mengenai cerita Halldorsson dalam artikel ini. Halldorsson saat ini boleh jadi menekuni karier sepak bola profesional, tetapi ia sadar kariernya itu tidak panjang dan ia harus menyiapkan rencana jika kelak pensiun.
Mengenai rencananya itu Halldorsson memilih untuk menekuni dunia film. Tidak menjadi aktor, Halldorsson justru menjadi sutradara film dengan menjadikan kisahnya sebagai pesepak bola profesional, serta referensi dari film lain, sebagai narasi dalam sebuah film.
Perjalanan karier sebagai pemain dan sutradara film itu menjadikannya pemain yang ‘unik’ di Eropa. Pasalnya dari segi karier sebagai penjaga gawang, Halldorsson tidak spesial-spesial amat, apalagi ia tak bermain di salah satu liga top Eropa.
Meski begitu bagi warga Islandia Halldorsson adalah figur besar yang membawa negaranya lolos Piala Eropa 2016, mengalahkan Inggris, dan satu hal spesial yang tentunya akan diingat selalu adalah saat ia menepis penalti peraih enam Ballon d’Or, Lionel Messi di Piala Dunia 2018.
“Orang-orang menganggap kisah saya menginspirasi,” ucap Halldorsson.
“Menjadi pemain liga yang lebih rendah dan kemudian melakukan penyelamatan penalti dari pemain terbaik di dunia di pertandingan pertama yang pernah dimainkan negara kecil di Piala Dunia. Ini adalah cerita yang tidak biasa. Secara pribadi, saya pikir kedengarannya seperti naskah buruk dari film olahraga klise.”
Karier dan Kecintaan kepada Film
Cukup lama bagi Halldorsson merasakan sepak profesional karena di usia 14 dan 19 tahun bahunya mengalami dislokasi. Karier di level klubnya pun tak banyak diketahui publik dari Leiknir R, Afturelding, Fram, KR, NEC, Randers, dan sekarang dengan Valur di usia 37 tahun.
Tetapi kegigihannya itu membawanya ke timnas Islandia pada 2011 dan sampai saat ini Halldorsson punya 77 caps. Di sela-sela rutinitasnya sebagai pemain, Halldorsson sudah mulai jatuh cinta dengan dunia film pada usia 12 tahun.
“Saya mulai membuat film pendek ketika saya berusia 12 tahun. Saya bergabung dengan klub video di sekolah menengah saya. Ketika saya lulus dari sekolah bisnis, teman-teman saya terus bekerja di bidang ekonomi tetapi saya tetap bekerja di industri film,” terang Halldorsson.
“Saya bekerja sebagai pembuat film dan bermain di liga sepak bola Islandia yang lebih rendah. Jika Anda berada di liga sepak bola Islandia yang lebih rendah, Anda tidak mendapatkan jauh lebih rendah dari itu di sepak bola dunia. Tapi itu berjalan dengan baik dan saya berhasil naik dengan cepat.”
Tak mudah membagi waktu di dua kesibukan berbeda, terlebih Halldorsson pindah dari Norwegia, Belanda, Denmark, hingga Azerbaijan. Tetapi ia bisa melakukanya dengan baik.
“Saya sudah menyeimbangkan sepak bola dan dunia film selama delapan tahun. Kami (Halldorsson dan istri) memiliki bayi pertama kami,” imbuh Halldorsson.
Fokus Halldorsson terbelah, tapi ia berhasil menjaga fokusnya agar tidak berat sebelah. Terbukti, baru ini film barunya berjudul “Cop Secret” muncul dan diperlihatkan di festival film London BFI hingga publik di Eropa tahu akan hal tersebut.
Film baru itu bergenre aksi komedi dan Halldorsson terinspirasi dari film “Hot Fuzz” dengan cerita mengenai polisi terbaik yang ditempatkan di desa kecil, tempat dengan angka kriminalitas yang kecil.
“Kami tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa siapa pun di luar Islandia akan pernah melihatnya. Ada begitu banyak hal di dalamnya yang hanya akan dipahami oleh penduduk setempat tetapi orang-orang tampaknya masih berhubungan dengannya. Mungkin ada sesuatu yang asli tentangnya,” imbuh Halldorsson.
“Kami memiliki ide untuk mengambil tindakan berlebihan, penjahat super, semua yang tidak kami miliki di Islandia, dan memainkannya di kota Reykjavik yang damai.”
“Ini memiliki kesamaan dengan Hot Fuzz, jika Anda ingat film itu, di mana Anda mengambil polisi terbaik di London dan menempatkannya di sebuah desa kecil di Inggris di mana tidak pernah terjadi apa-apa. Itu adalah sumber dasar komedi dalam film. Ini film dengan tempo tinggi tetapi memiliki hati dan jiwa.”
“Ini memberikan arketipe film aksi twist dan menyoroti beberapa topik penting. Itu membuat film sedikit lebih menarik. Kami mencoba memperlakukan subjek dengan hormat sebanyak mungkin. Film ini tentang dia yang berdamai dengan diri sendiri. Saya senang kami melakukannya.”
Menarik. Marvel memiliki sosok pahlawan fiktif bernama Thor, putra Odin dan juga Dewa Matahari yang berasal dari Asgard dengan kekuatannya yang besar untuk memberantas kejahatan, sementara dunia film memiliki Hannes (Thor) Halldorsson dengan kekuatan bermain sepak bola dan juga membuat film.